Jumat, 19 September 2025

Apa hubungan antara impianku dan kontribusi untuk orang lain



Kalau ngomongin impian, biasanya yang kepikiran tuh sesuatu buat diri sendiri: pengen sukses, pengen pinter, pengen bahagia. Tapi makin ke sini aku ngerasa, impian itu jadi lebih "berharga" kalau ada manfaatnya buat orang lain juga.


Contoh gampangnya, aku punya impian kuliah online. Awalnya biar aku upgrade diri aja. Eh ternyata, ilmu itu bisa aku kasih lagi ke sendiri atau anak-anak pas ngajar privat. Jadi bukan cuma aku yang naik level, tapi mereka juga kebawa naik bareng.


Atau impian punya keluarga harmonis. Itu kan kesannya pribadi banget ya. Tapi kalau keluargaku bahagia, anak juga tumbuh dengan baik, suami lebih semangat kerja, otomatis lingkungan kecilku juga kena dampak positifnya.


Dan nulis di blog ini, jujur aja awalnya cuma buat curhat dan nyimpen kenangan. Tapi kalau ada yang baca terus bilang "aku relate banget" atau "aku jadi semangat lagi," itu rasanya kayak… wow, ternyata impian recehku bisa jadi kontribusi juga. 💕


Intinya sih, impian itu bahan bakarnya aku. Kontribusi itu jejak yang ditinggalin. Kalau dua-duanya nyambung, rasanya hidup jadi lebih enak dijalani. ✨


Semoga setiap langkah kecil dalam mengejar impian ini selalu Allah ridhoi 🤲. Semoga apa pun yang aku usahakan bukan cuma jadi kebahagiaan buat diri sendiri, tapi juga bermanfaat untuk orang lain.


Ya Allah, kuatkan aku untuk terus berusaha dengan ikhlas, luruskan niatku hanya karena-Mu, dan jadikan setiap impian yang aku kejar sebagai jalan menuju ridha-Mu. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. 🌸✨




#JournalingDay20




Jika hidupku sebuah buku judul apa yang cocok untuk bab saat ini? Seperti apa kisahnya?



Kalau hidupku dianalogikan kayak buku, mungkin bab yang lagi aku jalani sekarang bisa aku kasih judul: "Bab Baru perjuangan baru." ðŸ˜…

Serius, bab ini tuh rame banget isinya. Dari pagi sudah disambut rutinitas emak-emak: nyiapin sarapan, beresin rumah, sampai nemenin anak main. Belum lagi tugas kuliah online yang kadang deadline-nya datang barengan dengan jadwal ngajar privat. Rasanya kayak punya dua dunia yang harus dipeluk sekaligus.

Tapi di balik ribetnya, ada juga banyak cerita seru. Ada momen haru pas anak tiba-tiba peluk sambil bilang "Ummaa love you" atau momen bangga waktu lihat anak didik berhasil baca lancar. Ada juga drama kecil kayak buru-buru nyerahin tugas online sambil dengerin anak ngoceh minta makan dan main nggak berhenti 🤭.

Bab ini mungkin penuh tumpukan agenda, tapi justru di sinilah aku merasa hidupku kaya cerita. Aku belajar sabar, belajar ngatur waktu, dan yang paling penting, belajar percaya kalau Allah selalu kasih cukup kekuatan. 🌸

Jadi kalau nanti aku baca ulang “buku hidupku,” bab ini pasti jadi salah satu favorit. Karena di sini aku benar-benar merasa hidup sebagai emak, istri, mahasiswi, dan guru privat, tapi tetap jalan terus dengan segala drama dan tawa. 💕





#JournalingDay19

Apa yang membuatku bangga pada diriku sendiri


Kadang kita terlalu sering lihat kekurangan diri, sampai lupa kalau sebenarnya ada hal-hal kecil yang patut kita syukuri dan bikin kita bangga. Bukan bangga dalam arti sombong ya, tapi lebih ke rasa syukur karena Allah masih kasih kekuatan buat terus jalanin peran kita. 🌸


Aku bangga karena masih bisa jadi istri dan ibu yang berusaha hadir, meski nggak selalu sempurna. Bangga juga karena tetap mau belajar, bahkan kuliah online sambil ngurus rumah dan anak. Itu bukan hal mudah, tapi alhamdulillah Allah kasih jalan dan support dari keluarga. 💕


Aku bangga karena masih punya semangat buat berbagi, entah lewat ngajar anak-anak atau sekadar nulis di blog ini. Kadang capek, kadang mau nyerah, tapi ada rasa lega ketika bisa bertahan.


Intinya, aku bangga bukan karena aku bisa, tapi karena Allah izinkan aku bertahan dan terus berusaha. Dan semoga langkah kecil ini jadi jalan menuju ridha-Nya. 🤲✨



#JournalingDay18

Rabu, 17 September 2025

Jadi Mahasiswa Online, Rasanya... 



Jujur aja ya, jadi mahasiswa online itu ternyata nggak kalah berat sama yang kuliah tatap muka. Bedanya, kalau kuliah offline kita sibuk bolak-balik kampus, kalau online itu ujiannya beda lagi: ujian leha-leha sama ujian ngurus tugas 😅.


Kadang tuh ya, lagi pegang HP niatnya mau buka materi kuliah, eh malah ke-distract anak minta main, nangis, suami sakit dan masih banyak lagi. Astaghfirullah, ujian banget kan? 🤭 Belum lagi kalau mati lampu. Nah, itu dia tantangan jadi mahasiswa online: harus lebih pinter nge-handle diri sendiri.


Belum selesai sampai situ, tugas-tugas kuliah online itu kadang suka numpuk kayak cucian. Kalau dicicil aman, tapi kalau ditunda-tunda... ya wassalam, jadi lembur tengah malam sambil mata udah tinggal 5 watt.


Di sisi lain, aku ini kan juga emak-emak sekaligus guru les privat. Jadi bayangin aja ya: pagi-pagi udah ngurus anak, siang les murid, malemnya masih harus buka laptop buat ngerjain tugas kuliah. Rasanya campur aduk antara bangga bisa jalanin semuanya, tapi juga pengen rebahan seharian penuh tanpa mikirin apa-apa.

Tapi ya begitulah, kuliah online ini jadi latihan banget buat aku:

1. Latihan manajemen waktu biar nggak keteteran.

2. Latihan disiplin diri biar nggak kalah sama godaan rebahan.

3. Latihan sabar kalau jaringan tiba-tiba ngadat, atau mati lampu pas lagi kelas Zoom.


Kalau dipikir-pikir, justru di sinilah hikmahnya. Jadi mahasiswa online itu bukan cuma belajar teori dari kampus, tapi juga belajar gimana caranya tetap jalan meski capek, tetap berjuang meski sibuk, dan tetap semangat meski dunia kayaknya ngajak leha-leha terus.

Akhirnya, aku cuma bisa berdoa semoga Allah mudahkan langkah kita semua yang sedang berjuang, entah itu jadi mahasiswa, emak-emak, guru, atau apapun peran kita sekarang. Semoga setiap lelah kita bernilai ibadah, setiap tugas jadi ladang pahala, dan setiap usaha kecil yang kita lakukan diberkahi Allah Ta’ala.


🤲 Allahumma inni as’aluka ilman nafi’an, wa rizqon thayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan.

(Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang Engkau terima).

Ambil hikmahnya jika ada manfaat. 



Hal apa yang bisa kulakukan untuk memberi manfaat untuk orang lain



Kadang kepikiran juga ya, "Aku ini udah ngasih manfaat apa sih buat orang lain?" Karena hidup kan bukan cuma soal diri sendiri, tapi juga gimana kita bisa ninggalin jejak kebaikan.


Kalau aku pribadi, mulai dari hal paling deket dulu: keluarga. Bisa nemenin anak belajar tanpa baperan, nyiapin makanan kesukaan suami, atau sekadar jadi pendengar curhat mereka itu udah pahala plus manfaat besar. Jangan remehin, karena keluarga itu ladang amal utama kita.


Trus, lewat ilmu yang aku punya. Walau nggak
banyak, tapi kalau bisa bikin murid lebih semangat belajar, atau ada yang tercerahkan lewat tulisan recehku di blog, itu udah bikin hati lega banget. Ilmu sekecil apa pun kalau dibagi, insyaaAllah ngalir pahalanya.


Belum lagi kebaikan receh sehari-hari: senyum sama tetangga, mendoakan teman diam-diam, atau nolong hal kecil kayak bawain barang. Kadang hal sederhana gini justru bikin orang lain ngerasa dihargai.

Dan jangan lupa, sedekah. Bukan cuma uang, tapi juga waktu, tenaga, perhatian, bahkan sekadar doa tulus. Kita nggak pernah tau doa mana yang Allah kabulkan.

Intinya, manfaat itu nggak harus gede. Yang penting konsisten, ikhlas, dan niatnya lillah. Biar hidup ini nggak cuma numpang lewat, tapi bener-bener ada artinya, meskipun sederhana. ✨






#JournalingDay17


Senin, 15 September 2025

Bagaimana aku ingin dikenang orang lain setelah aku tiada?



Pernah nggak sih kepikiran, kalau suatu saat kita udah nggak ada di dunia ini, orang-orang bakal inget apa tentang kita? Aku akhir-akhir ini kepikiran hal itu. Bukan karena mau sok serius, tapi kadang sebagai pengingat aja, biar hidup nggak cuma jalan gitu aja tanpa arah.


Kalau aku pribadi, aku nggak muluk-muluk. Aku cuma pengen dikenang sebagai istri yang berusaha taat sama suami, ibu yang sabar dan sayang sama anak-anak, juga teman yang apa adanya. Kalau orang bisa bilang, "dia orangnya baik, insyaaAllah tulus," udah cukup banget buatku.


Aku juga pengen dikenang sebagai orang yang selalu inget Allah dalam setiap langkahnya, meski aku tau masih banyak banget kurangnya. Minimal, ada doa yang terus ngalir dari anak-anakku, ada ilmu kecil yang bermanfaat buat murid-muridku, dan ada tulisan sederhana yang bisa jadi pengingat buat siapa aja yang baca.


Karena ujung-ujungnya, kita semua bakal balik ke Allah. Dunia ini cuma tempat singgah. Jadi, kalau ditanya gimana aku mau dikenang? Jawabanku sederhana: semoga orang inget aku sebagai hamba Allah yang berusaha, bukan yang sempurna.


Ya Allah, jadikan aku hamba-Mu yang selalu berusaha taat, jadikan keluargaku saksi kebaikan, dan tinggalkan jejak yang bermanfaat walau aku sudah tiada. Aamiin yaa rabbal'alamin 🥲






#JournalingDay16

Bagiku hidup yang bermakna itu seperti apa?


Kalau ditanya, "Hidup yang bermakna itu apa sih buat aku?: jujur aja, aku bakal jawab: hidup yang bikin hati tenang dan Allah ridho. Karena percuma kan ya kalau keliatan happy di luar, tapi hati kosong dan jauh dari Allah.


Buat aku pribadi, hidup terasa bermakna kalau tiap hari ada niat lillah. Mau masak, nyapu, gantiin baju anak, bahkan nemenin murid belajar semua jadi ringan kalau inget ini juga ibadah. Jadi nggak cuma sekadar rutinitas, tapi ada pahalanya insyaaAllah.


Trus, hidup juga kerasa lebih hidup kalau bisa bikin orang lain senyum. Nggak harus yang wow banget. Kadang cukup doa kecil buat temen, sharing cerita sederhana di blog, atau sekadar jadi pendengar buat orang lain. Itu udah bikin aku ngerasa "Alhamdulillah, ada gunanya juga aku hidup." 😅


Dan pastinya, momen bareng keluarga itu priceless banget. Nemenin anak ketawa-tawa, ngobrol receh sama suami, atau sekadar makan bareng hal kecil gini seringkali lebih bikin bahagia daripada hal-hal besar yang kita kejar.


Jadi, buat aku hidup yang bermakna itu sesimpel: ada Allah di hati, ada manfaat buat sekitar, ada cinta di rumah, dan ada semangat buat terus upgrade diri. Nggak usah muluk-muluk, asal tiap hari ada langkah kecil menuju kebaikan, insyaaAllah hidup ini udah cukup berarti. ✨






#JournalingDay15