Minggu, 06 Juli 2025

"Kalau hidupku diibaratkan sebuah proyek, sekarang aku lagi di fase apa? Sampai mana progresku?"



Hidupku, Proyek yang Masih Berjalan 


Kalau hidupku diibaratkan sebuah proyek, mungkin sekarang aku lagi ada di fase penyusunan pondasi. Lagi belajar memperkuat dasar sebagai istri, ibu, guru, sekaligus pribadi yang ingin lebih lembut. 


Kadang semangat tinggi, kadang drop. Kadang konsisten journaling, kadang bolong. Kadang sabar banget sama anak dan suami, kadang meledak kayak kompor gas. Tapi semua itu bagian dari progres, kan?


Aku lagi belajar menikmati prosesnya, bukan cuma ngejar hasil akhirnya. Lagi belajar sabar sama diri sendiri. Lagi belajar bilang, "Gagal nggak apa-apa, coba lagi."

Tapi tetap jalan, walau pelan.

Aku sadar, proyek hidup ini bukan soal seberapa cepat selesai, tapi seberapa kuat arah dan niatnya. Aku ingin proyek ini berakhir dengan ridho Allah. Bukan proyek besar di mata manusia, tapi cukup jadi proyek kecil yang tulus, demi surga, demi cinta, dan demi keikhlasan.


Jadi, kalau hidupku adalah proyek…

Ini belum selesai.

Masih panjang.

Tapi insyaAllah aku nggak sendiri.

Ada suami, anak, keluarga, dan yang terpenting: ada Allah yang selalu mengawasi dan menemani.

Masih banyak yang harus dibenahi, tapi aku percaya... selama masih mau melangkah, Allah akan bantu selesaikan. 




#semangatuntukmanjadilebihkuatlagi

#kamugasendiriadaAllah


Bonus pict tadi pagi: lapangan Al-Andalus Putra. Santai banget suasananya. Adem.

Jumat, 04 Juli 2025

Siapa orang yang aku anggap "produktif"? Apa yang bisa aku pelajari dari dia?




Sebagai emak-emak anak satu, kadang aku ngerasa udah paling sibuk sedunia. Dari bangun pagi sampai malam, selalu aja ada yang harus diberesin. Kadang makan aja sambil ajakin main anak, mandi juga sambil dengerin suara panggilan kecil yang tak pernah absen: “Ummaaaa...”


Tapi di tengah semua kesibukan itu, ada satu sosok yang sering bikin aku mikir ulang tentang arti produktif: suamiku sendiri.


Bukan karena dia punya planner rapi warna-warni, bukan juga karena dia sibuk update story “hari ini ngapain aja”. Tapi justru karena dia jalanin perannya dengan tenang, konsisten, dan penuh tanggung jawab, meski kadang nggak kelihatan di permukaan.


Bapak Produktif, Versi Rumah Tangga 


Bayangin ya... pagi-pagi udah berangkat kerja, pulang kadang malam, tapi masih sempet main sama anak, bantuin beberes rumah, atau sekadar ngingetin aku makan. Kalau aku lagi bilang, “Aku capek...” dia nggak pernah bilang “aku juga”. Padahal jelas-jelas dia lebih capek. Tapi dia selalu jawab:


“Semoga capeknya ikhlas ya... nanti kalau sabar, insyaAllah surga dari pintu mana aja.”


Deg. Langsung diem, mewek dalam hati. Seolah ditembak pakai nasihat berlapis cinta 😭


Yang lebih bikin aku kagum, di tengah sibuknya, dia masih sempatin belajar. Ikut kelas khat Arab, belajar bahasa Inggris, upgrade diri pelan-pelan tapi konsisten.

Dan ada satu kalimat yang hampir selalu dia ucapkan sebelum pergi:

“Jaga Allah dan Rasulullah ya.”


Sederhana banget, tapi dalem. Maksudnya: jaga perintah Allah, jalanin yang benar, dan jangan lupa hidupkan sunnah. Duh, kalimat pamit yang bukan cuma menyentuh hati tapi juga mengingatkan arah hidup.

Pelajaran dari Suami 

Dari dia, aku belajar banyak:


Jadi produktif itu nggak harus rame, yang penting ada hasil dan berkahnya.

Capek boleh, tapi sabar dan niatkan karena Allah. Karena capek dunia nggak sebanding sama capek akhirat.

Upgrade diri penting, walau pelan. Belajar nggak harus nunggu waktu luang, tapi sempatkan di sela kesibukan.

Dan yang paling penting: jaga Allah dan Rasulullah dalam setiap langkah. Karena hidup bukan cuma soal nyelesaiin to-do list, tapi soal nyari ridho Allah.


Aku masih banyak belajar. Tapi Allah kasih aku partner hidup yang bukan cuma bantuin angkat galon, tapi juga angkat semangat dan imanku. Yang produktifnya nggak heboh, tapi bikin rumah terasa lebih tenang dan terarah.


Barakallahu fiik, suamiku. Semoga Allah terus jaga kamu, berkahi waktumu, dan kuatkan kita mendidik anak ini bareng-bareng sampai surga. Aamiin 🤍



#AbuynyaAfnansolihah

#rumahkusurgaku


Apa yang bikin aku ngerasa powerful akhir-akhir ini?


Gimana kabarnya? Semoga sehat, waras, dan tetap kuat ngejalanin hari-hari yang kadang rasanya random banget ya 😅

Aku sendiri? Alhamdulillah… walau tiap hari ada aja ujiannya, mulai dari anak rewel, cucian numpuk, deadline nggak kelar-kelar, tapi entah kenapa, aku ngerasa lebih tenang. Lebih kuat. Lebih... powerful. Tapi bukan karena semuanya lancar, justru karena aku pelan-pelan belajar ngerti arah hidup ini sebenarnya mau kemana.


Jadi ceritanya, 4 hari lalu aku ikut pengajian. Ustadz Firanda Andirja hafidzahullah ngisi kajian tentang "Kiat Meraih Keluarga yang Berkah."

Ada 8 poin yang beliau sampaikan, tapi yang paling nyantol di hati aku itu:


"Bangun keluarga jangan cuma buat happy-happy di dunia, tapi fokusnya harus akhirat. Kalau kita lurus niatnya, insyaAllah semuanya lebih damai."


Beliau juga bilang, kadang anak rewel, rumah nggak tenang, bisa jadi karena dosa-dosa kita sendiri. Kayak sholat sering telat, dzikir pagi-petang bolong, atau udah lama banget nggak sedekah.

Aku langsung diam, nyesek, mikir.

Bener juga ya… Kadang kita fokus beresin luar, tapi lupa beresin dalam.


Akhirnya aku ngobrol bareng suami. Nggak yang lebay sih, tapi cukup buat saling ngingetin. Kita sama-sama pengen lebih serius ngejaga amalan, lebih kompak jaga ibadah, dan lebih sadar kalau tujuan nikah itu bukan cuma biar nggak jomblo, tapi biar bareng-bareng ke surga. 😭


Dan mungkin ini yang bikin aku ngerasa powerful akhir-akhir ini:

Karena aku tahu aku nggak sendirian ngejar akhirat.

Ada pasangan yang juga lagi berusaha, dan ada Allah yang selalu ada.


Semoga kita bisa terus kuat, waras, dan istiqomah.

Kalau pun capek, semoga tetap sadar buat apa kita capek-capek ini ❤️


Journaling Day 4

#pemanisphotowaktudiMetropolitanCileungsi

Skil apa yang pengen banget aku kuasai dalam 6 bulan kedepan?

Bismillah...

Journaling Day 3

Kalau ditanya soal cita-cita, kadang rasanya otak langsung penuh. Banyak banget hal yang pengen aku pelajari, pengen aku kuasai. Tapi setelah aku renungkan, dari pada semuanya dipikirin sekaligus dan ujung-ujungnya gak jalan, aku pengen fokus dulu ke beberapa hal penting buat 6 bulan ke depan.


Dan salah satunya adalah: journaling.


Ternyata journaling bukan sekadar nulis curhat. Buat aku, ini semacam momen ngobrol jujur sama diri sendiri. Kadang lucu, kadang nyesek, kadang juga bikin sadar, “Oh, ternyata aku segalau itu ya…” 😅

Tapi yang jelas, journaling bikin hati lebih ringan, pikiran gak seimpulsif dulu, dan aku bisa lebih tenang menghadapi hari-hari yang padat.


Nah, dari proses menulis itu, aku mulai sadar... aku pengen upgrade diri. Pengen jadi versi diriku yang lebih mindful, lebih produktif, tapi tetap waras. Maka lahirlah 5 skill utama yang ingin banget aku kuasai dalam 6 bulan ke depan:


1. Produktif Tanpa Burnout 


Sebagai guru, istri, ibu, dan manusia biasa, kadang tuntutan rasanya kayak gak ada habisnya. Aku pengen belajar mengatur energi, waktu, dan fokus, supaya tetap produktif tanpa harus tumbang. Lebih teratur, tapi gak kaku.


2. Bahasa Inggris Aktif dan Pasif 


Gak mau lagi stuck di “how are you, I’m fine thank you”. Aku pengen bisa ngobrol santai pakai bahasa Inggris, nonton tanpa subtitle, atau bahkan nulis blog dalam versi bilingual. Bukan buat gaya-gayaan, tapi biar bisa buka lebih banyak peluang belajar dan berbagi.


3. Aktif Nulis di Blog 


Ini juga salah satu bentuk journaling yang pengen aku tekuni. Biar bukan cuma jadi kenangan pribadi, tapi siapa tahu bisa jadi manfaat buat orang lain juga. Aku pengen konsisten nulis hal-hal ringan, inspiratif, bahkan receh pun gapapa, yang penting jujur dan dari hati.


4. Parenting Sunnah dan Psikologi Anak 


Sebagai orang tua, aku sadar anak-anak bukan cuma butuh makan, baju, dan sekolah. Tapi juga butuh didengar, dipahami, dan dibimbing. Aku gak mau jadi orang tua yang asal ngomel, cuma karena belum berdamai sama diri sendiri. Jadi ini PR penting: belajar parenting sunnah, pahami psikologi anak, dan juga sembuhkan inner child-ku sendiri.


5. Perdalam Tajwid dan Tahsin Al-Qur’an 


Karena ini bekal utama. Karena Al-Qur’an bukan cuma untuk dibaca saat sedih, tapi untuk dijadikan panduan hidup. Aku pengen bisa baca dengan benar, ngajarin anak dengan ilmu, dan merasakan ketenangan dari setiap ayatnya.


Itu dulu 5 skill yang pengen aku fokusin. Yang lainnya nyusul, insyaAllah pelan-pelan aja.

Semoga Allah mudahkan semua niat baik ini. Dan semoga bisa jadi pengingat buat aku sendiri kalau semangat mulai kendor. Aamiin. 🤍


Kalau kamu, skill apa yang pengen banget kamu kuasai 6 bulan ke depan?

Silahkan tulis dikolom komentar 💖










Rabu, 02 Juli 2025

Ujian Kesabaran di Tengah Rasa Ingin Tahu Si Kecil

 






MasyaAllah, Ujian Kesabaran di Tengah Rasa Ingin Tahu Si Kecil


Hari ini adalah salah satu hari yang benar-benar menguji kesabaran. Sebagai ibu sekaligus guru, aku sadar bahwa menjawab pertanyaan anak adalah bagian dari tanggung jawab, bahkan bisa jadi pintu untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan.


Di tempat les, seperti biasa, aku sedang mengoreksi tulisan anak didik. Tiba-tiba, Afnan, anakku, mulai bertanya:


“Umma, kenapa pipi Kak Ayush hitam?”


Belum sempat aku jawab, dia ulang lagi dengan penuh rasa ingin tahu:


“Ummaaa, kenapa pipi Kak Ayush hitam?”


Sambil tetap fokus pada penilaian tulisan Kak Ayush, aku jawab pelan:


“Iya sayang, tunggu ya, Umma lagi koreksi tulisan Kak Ayush dulu.”


Afnan pun terdiam, tapi dari ekspresinya, aku tahu dia penasaran banget.


Setelah selesai, aku mulai menjelaskan:


“Kak Ayush itu berasal dari Sudan, bukan dari Indonesia. Jadi warna kulitnya memang lebih gelap. Allah yang menciptakan manusia dengan berbagai warna kulit. Ada yang putih, sawo matang, cokelat, atau hitam. Semuanya ciptaan Allah dan semua indah.”


Aku sengaja selipkan unsur tauhid, agar ia memahami bahwa kita tidak memilih bagaimana kita diciptakan, tapi kita bisa belajar menerima dan menghargai ciptaan Allah.


Aku lanjut menjelaskan:


“Di Sudan, cuacanya panas banget, beda sama di Indonesia yang lebih sejuk. Makanya kulit orang-orang di sana lebih gelap, karena terbiasa hidup di tempat yang lebih panas.”


Setelah aku tanya, “Afnan paham?”

Dia jawab, “Paham, Umma.”

Tapi yaa… biasanya pertanyaan lain muncul lagi 😂


Benar saja. Lalu dia bilang:


“Aku pengen pergi ke Makkah naik pesawat sama Umma, Abuy, Nenek, Kakek, Mang Ria, Mang Mul, Bi Aca, dan Mang Aden.”


Aku tersenyum, lalu jawab lembut:


“Iya sayang, insyaAllah nanti kita bisa ke sana. Kita doa dulu sama Allah, minta rezeki dan hati yang kuat, biar kita bisa umrah atau haji sekeluarga. Aamiin.”


Hari ini aku belajar, bahwa kesabaran bukan hanya soal menahan emosi, tapi juga tentang memanfaatkan momen sederhana menjadi pelajaran besar bagi anak. Pertanyaan polos si kecil bisa jadi jembatan untuk mengenalkan tauhid, perbedaan, dan harapan besar dalam doa.


#IbuMenjawabPertanyaanAnak

#Ibukuharustau 

#Tauhid 

Aku tuh sebenarnya lebih suka proses atau hasil sih? Kenapa?





📝 Journaling Day 2: Lebih Suka Proses atau Hasil?


Tadi malam aku sudah sempat menulis sebagian journaling ini. Tapi qadarullah, tiba-tiba muncul iklan, mati lampu, dan jaringan pun hilang seketika… seolah ditelan bumi Jonggol 😅


Kali ini, aku ingin merenungi tantangan Day 2:

"Aku tuh sebenarnya lebih suka proses atau hasil sih? Kenapa?"


Menurutku, proses dan hasil itu punya hubungan yang sangat kuat. Ketika aku memilih untuk fokus pada proses, aku merasa puas karena tahu bahwa aku sudah berusaha dan berikhtiar habis-habisan. Dalam proses itu aku belajar untuk bersabar, mencoba lagi, dan terus merefleksikan langkah-langkahku.


Kadang memang muncul rasa kecewa ketika hasilnya tidak sesuai harapan. Tapi dari situ aku belajar bahwa…


“Proses tidak akan mengkhianati hasil akhir”

sering banget kita dengar, tapi aku pribadi… kurang setuju.


Karena sebenarnya, hasil itu bukan sepenuhnya hasil dari proses kita, melainkan ketetapan dari Allah. Kita tidak boleh sombong dengan proses yang sudah kita lakukan, karena hasil yang tampak "tidak sesuai" itu bisa jadi adalah ujian dari Allah, untuk melihat apakah kita bisa sabar dan tetap yakin kepada-Nya.

Intinya, sebagai manusia, tugas kita hanyalah berproses sebaik-baiknya. Soal hasil entah itu sesuai harapan atau tidak, itu mutlak hak Allah untuk menentukan. Dan hasil dari-Nya, pasti yang terbaik.


Terima kasih banyak untuk Ukhti Farida 💞 yang sudah membuka ruang journaling ini. Melalui proses ini, aku merasa lebih mengenal diri sendiri, dan yang paling penting: hati ini jadi punya tempat untuk bercerita dan tenang.


Photo pemanis solihahnya umma 💖

#Nulis bareng

#JournalingHarian

Selasa, 01 Juli 2025

Mau Baca Buku Apa Bulan Ini?


📓 Journaling Day 1: Mau Baca Buku Apa Bulan Ini?

Hai, bulan lalu sempat ikut journaling tapi qadarullah hanya bertahan beberapa hari. Ada satu dan lain hal, sok sibuk juga sih 😅 Tapi alhamdulillah… bulan ini Bismillah ingin mulai lagi dengan semangat baru:



Edisi Produktif dan Upgrade Diri

Untuk tantangan hari pertama, aku memilih membaca buku karya Motivator Nasrullah: Rahasia Magnet Rezeki.
Buku ini bukan cuma tentang rezeki materi, tapi tentang mindset positif, keikhlasan, ikhtiar tanpa henti, dan tentu… percaya penuh pada pertolongan Allah.
Setiap halamannya tuh kayak suntikan semangat mood booster saat mulai lelah berjuang dan pengingat bahwa rezeki itu luas, bukan cuma uang. Tapi juga waktu, sehat, tenang, teman baik, dan kesempatan berbenah diri.

Semoga Allah mudahkan setiap langkah kecil kita yang ingin terus memperbaiki diri.
Aamiin yaa Rabbal'alamiin 🤍


#MembacaMenambahWawasan

#SukaMembaca

#Sehari1Buku

#JournalingDay1