Rabu, 15 Oktober 2025

Apa cara yang biasanya aku pakai buat nenangin diri kalau emosi lagi meledak?



Aku nggak akan bohong ada hari-hari di mana emosi rasanya udah di ubun-ubun. Bukan cuma marah, tapi juga capek, kecewa, ngerasa nggak dimengerti, bahkan kadang ngerasa jauh dari diri sendiri. Dan sebagai manusia biasa, Tapi makin ke sini, aku belajar satu hal penting:

Menjadi tenang itu nggak datang dari luar, tapi dari dalam dan salah satu sumber ketenangan terbesar yang aku punya adalah Allah.

Tapi ya, perjalanan ke arah sana nggak selalu mulus. Nggak semua bentuk menenangkan diri itu kelihatan ‘religius’ dari luar. Tapi buatku, semuanya nyambung, semuanya bagian dari ikhtiar untuk tetap waras dan tetap dekat sama Allah di tengah kekacauan hati.

1. Menarik Diri, Tapi Niatnya Bukan Kabur

Saat marah atau kecewa, hal pertama yang aku lakukan biasanya adalah diam. Nggak ngebales chat, nggak angkat telpon, bahkan kadang ngehindar dari orang rumah. Tapi aku nggak mau itu jadi bentuk lari. Aku tarik diri untuk meredam biar nggak menyakiti orang lain dengan kata-kata yang mungkin nggak bisa ditarik kembali.

Dalam hati, aku bilang: “Ya Allah, jaga lisanku. Jangan sampai aku nyesel nanti

2. Wudhu Biar Api Dalam Diri Padam

Waktu aku lagi benar-benar meledak, kadang aku langsung ke kamar mandi buat wudhu. Nggak selalu langsung jadi tenang sih, tapi wudhu itu kayak tombol reset buatku. Sejuknya air di kulit, dan niat buat membersihkan hati, somehow bisa menurunkan marah itu.

Nabi Muhammad ο·Ί pernah bersabda:
“Marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api. Maka padamkanlah api itu dengan air.” (HR. Abu Dawud)

Dan aku percaya itu.

3. Shalat, Meski Kadang Air Mata udah Turun Duluan

Jujur aja, kadang aku shalat dalam keadaan masih gemetar karena emosi. Tapi anehnya, di rakaat kedua, aku mulai nangis. Bukan karena sedih aja, tapi karena ngerasa lemah. Ngerasa capek. Dan ngerasa cuma Allah yang benar-benar ngerti isi hati ini.

Aku nggak selalu bisa khusyuk. Tapi aku percaya: Allah tahu usahaku.

4. Nulis, Biar Nggak Mendem
Aku juga suka nulis, entah di jurnal, di notes HP, atau di selembar kertas yang nanti bakal aku sobek. Tapi kali ini, aku nulis sambil nyelipin doa.
Misalnya:
"Ya Allah, aku nggak tahu harus gimana. Tapi tolong bimbing aku, tuntun aku supaya nggak nyakitin siapa pun, termasuk diriku sendiri."

Menulis itu cara aku berdialog sama Allah secara jujur. Apa adanya.

5. Dengerin Murottal atau Zikir Pelan-pelan
Kadang aku pasang murottal. Atau sekadar dzikir pelan, ulang-ulang:
"Hasbunallah wani'mal wakil"
"La hawla walaa quwwata Illa billah"
"Astaghfirulloh"

Pengingat, kalau kekuatan itu datangnya bukan dari marah, tapi dari sabar.

6. Cerita, Tapi Pilih yang Tepat
Kalau udah agak tenang, biasanya aku cerita ke satu dua orang yang aku percaya. Tapi sebelum itu, aku udah cerita ke Allah dulu. Kadang aku bilang gini dalam hati:
"Ya Allah, aku udah ngomong sama-Mu, sekarang aku cuma butuh teman yang bisa denger, bukan ngehakimi."

Dan biasanya, setelah itu, beban di dada agak ringan. Walau nggak sepenuhnya hilang, tapi cukup buat jalan lagi.

7. Tidur, Kalau Semua Masih Berat
Iya, tidur. Karena kadang, itu juga bentuk tawakal. Udah usaha, udah doa, udah nahan kalau masih berat, aku pasrah dulu lewat tidur.
Dan besoknya, biasanya bisa mikir lebih jernih.

Aku bukan orang paling sabar. Tapi aku sedang belajar untuk jadi tenang bukan karena aku kuat, tapi karena aku tahu, aku nggak sendiri.

Karena Allah dekat dengan hati yang remuk sekalipun.
Karena dalam marahku pun, Allah tetap Maha Menjaga.

Kalau kamu juga lagi belajar menenangkan diri, semoga kamu tahu. 
Allah nggak pernah jauh, bahkan saat kamu lagi paling berantakan.







#JournalingDay15


Selasa, 14 Oktober 2025

Perasaan apa yang pengen aku izinkan buat hadir lebih sering di hidupku?

Kalau dipikir-pikir, selama ini aku sering banget ngatur hidup dengan target, jadwal, dan keharusan-keharusan. Tapi jarang banget aku ngatur soal… perasaan.

Padahal, kalau jujur, kadang aku capek juga nahan semuanya biar terlihat kuat, baik-baik aja, dan terkendali.

Hari ini aku pengen jujur sama diri sendiri

perasaan apa sih yang sebenarnya pengen aku izinkan hadir lebih sering di hidupku?


Mungkin aku pengen lebih sering ngerasain tenang.

Tenang bukan karena semua masalah hilang, tapi karena aku percaya Allah selalu ngatur segalanya dengan tepat.

Tenang karena aku nggak perlu lagi mikirin semua hal di luar kendaliku.


Aku juga pengen lebih sering ngerasain lega.

Lega karena udah maafin diri sendiri, karena berhenti nyalahin masa lalu, karena mulai nerima bahwa aku manusia yang wajar kalau salah, wajar kalau lelah.


Dan tentunya… aku juga bersyukur masih bisa  ngerasain bahagia yang sederhana.

Yang muncul dari hal-hal kecil kayak tawa anak, pelukan hangat, atau sekadar waktu tenang sebelum tidur.


Aku pengen izinin diriku ngerasa cukup.

Cukup dengan apa yang ada, cukup dengan diriku sekarang, cukup dengan takaran yang Allah kasih hari ini.


Nggak usah terlalu keras sama diri sendiri,

nggak usah nunggu semuanya sempurna baru boleh bahagia.


Karena kadang, yang bikin hidup terasa berat itu bukan karena masalahnya terlalu besar tapi kadang aku lupa ngasih ruang buat perasaan yang baik tumbuh di hati. 🌷







#JournalingDay14

Minggu, 12 Oktober 2025

Untuk hari ini aku lagi butuh apa dari diriku sendiri?


Hari ini aku mencoba berhenti sejenak dari segala hiruk pikuk. Dari rutinitas yang kadang terasa tanpa jeda, dari tuntutan yang datang entah dari mana. Aku bertanya pelan pada diri sendiri, "Hari ini, aku sebenarnya butuh apa dari diriku?"


Bukan semangat yang meluap-luap.

Bukan daftar tugas yang semuanya harus selesai.

Mungkin aku cuma butuh tenang. Butuh ruang untuk diam dan menata napas.


Aku butuh memaafkan diriku yang masih belajar sabar, yang kadang gampang lelah, yang sering merasa nggak cukup.

Aku butuh mengingat, bahwa Allah nggak menilai hasil semata, tapi juga niat dan usaha kecil yang terus dijaga.


Ada kalimat lembut yang terasa menenangkan di hati:


"Lā yukallifullāhu nafsan illā wus‘ahā"

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah: 286)


Ayat itu seperti pelukan dari langit.

Bahwa cukup itu bukan kalah.

Bahwa istirahat juga bentuk ibadah.

Bahwa mengasihi diri sendiri adalah bagian dari rasa syukur atas nikmat hidup yang Allah titipkan.


Jadi hari ini, aku mau berhenti menuntut sempurna.

Aku mau belajar lembut pada diri sendiri, sambil tetap percaya bahwa Allah sedang menuntunku dengan cara-Nya.


Dan mungkin… itu saja yang aku butuh hari ini tenang, tulus, dan doa untuk terus kuat besok dan seterusnya sampai Allah cabut nyawaku🌿







#JournalingDay13 

Emosi apa yang paling susah aku jelasin ke orang lain?



Kalau ditanya emosi apa yang paling susah aku jelasin ke orang lain…

Mungkin jawabannya "capek tapi nggak bisa istirahat." πŸ˜…

Ya kalau mau istirahat total mati saja yaaπŸ˜‡


Kadang pengen cerita, tapi takut dikira ngeluh. Karena semua juga pasti capek. 

Pengen nangis, tapi malah ketunda karena anak udah manggil dari kamar.

Akhirnya cuma bilang, "nggak apa-apa kok," padahal hati udah riweh banget.

Ada rasa yang nggak bisa dijelasin, cuma bisa dirasain.

Antara pengen dimengerti, tapi juga nggak tahu harus mulai cerita dari mana.

Lucunya, di saat kayak gitu justru aku paling banyak ngobrol sama Allah diem aja, tapi dalam hati penuh doa.

Yaudah, mungkin memang begitu caranya Allah ngajarin aku buat lebih kuat.

Bukan karena harus, tapi karena ada tempat pulang terbaik: doa.


🀍 Ya Allah, tenangkan hatiku ketika aku nggak tahu harus apa.

Kuatkan aku ketika semuanya terasa berat, dan jadikan lelah ini bagian dari jalan menuju ridho-Mu






#JournalingDay12

Sabtu, 11 Oktober 2025

Kapan terakhir aku bilang "nggak apa-apa" padahal sebenernya aku "nggak baik-baik aja"?

 



"Nggak Apa-Apa" Padahal Lagi Nggak Baik-Baik Aja 

Tadi pagi aku bilang, "nggak apa-apa."
Padahal, sebenarnya tubuh ini lagi nggak sekuat itu. Karena abuynya ada kuliah jadi kita ber 2 di rumah. 
Datang bulan, kepala agak pusing, badan pegal, tapi bocil tetap minta ditemani main, minta jalan2, minta bikinkan donat ubi eh jadinya ubi ring aja karena kalau Donat empuk banget dan lembut, kalau ini lebih kayak bola2 ubi tapi bentuknya kayak Donat πŸ˜†, minta disuapin, minta digendong, minta peluk juga, pokonya semuanya serba Umma dan ummaaaa alhamdulillah 'Ala kullihal. 
Dan ya, aku tetap jalanin semuanya sambil tersenyum, walau hati rasanya cuma ingin rebahan sebentar aja.
Alhamdulillah setelah asar bisa menyandarkan punggung ini dengan nyaman πŸ˜‡

Lucunya, kalimat "nggak apa-apa" itu sering banget keluar, bukan karena benar-benar kuat, tapi karena ingin meyakinkan diri sendiri bahwa aku bisa.
Kadang bukan cuma untuk orang lain, tapi juga untuk menenangkan hati yang lagi lelah.

Tapi nggak apa-apa juga kok kalau hari ini terasa berat.
Karena Allah tahu setiap lelah, setiap nyeri, setiap air mata yang ditahan itu nggak ada yang sia-sia.
Semoga setiap "nggak apa-apa" yang sebenarnya penuh perjuangan ini jadi ladang pahala yang menghapus dosa dan meninggikan derajat.
Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin 🀍










#JournalingDay11

Kamis, 09 Oktober 2025

Bagian tubuh mana yang paling sering kerasa tegang kalau aku lagi stres?



Setiap orang punya cara tubuhnya sendiri buat "berbicara", apalagi waktu lagi stres. Kalau aku, biasanya langsung kerasa di bahu, kepala, leher. Rasanya kaku banget, kayak bawa beban yang nggak keliatan tapi beratnya luar biasa. Kadang juga disertai pusing ringan atau jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya.


Lucunya, dulu aku nggak sadar kalau itu tanda tubuh minta istirahat. Kupikir cuma pegal biasa, padahal sebenarnya hati dan pikiran lagi penuh.

Sekarang pelan-pelan belajar buat lebih peka kalau udah mulai tegang, berarti waktunya pause.

Minum air, ambil wudhu, tarik napas panjang, terus peluk diri sendiri sebentar.


Aku jadi sadar, stres itu bukan cuma urusan pikiran, tapi juga ibadah.

Karena menjaga tubuh biar nggak terlalu dipaksa, itu juga bentuk syukur atas amanah dari Allah.

Bahu boleh tegang, tapi hati semoga tetap tenang... karena selalu ada tempat kembali yang paling menenangkan: sujud di hadapan Allah. 🀍





#JournalingDay10



Apa hal kecil yang biasanya bisa memicu emosiku jadi gampang marah?



 Kadang lucu ya, hal yang bisa bikin kita marah tuh nggak selalu hal besar. Justru seringnya hal kecil yang kalau dipikir ulang, sebenarnya sepele banget.

Kayak anak numpahin air padahal baru aja ngepel, suami lupa ngabarin, atau komentar orang yang nggak penting tapi entah kenapa nyentuh hati.


Dan biasanya, bukan karena kejadian itu yang berat… tapi karena hati ini lagi penuh. Lagi capek, kurang istirahat, atau mungkin butuh waktu sebentar buat pause dan tarik napas.


Aku belajar, setiap kali mulai mudah tersulut, tandanya bukan orang lain yang salah. Tapi aku perlu menenangkan diri.

Perlu recharge hati lewat dzikir, wudhu, atau sekadar diam sambil minta tolong sama Allah,

"Ya Allah, tenangkan aku…"


Karena ternyata, menahan marah itu bukan tentang kuatnya kita menekan emosi, tapi tentang seberapa besar kita bisa menyerahkan kendali pada Allah.

Biar hati nggak gampang meledak, tapi tetap lembut walau sedang marah. 





#JournalingDay9