Selasa, 30 September 2025

Hari ini aku paling banyak ngerasain perasaan apa? Coba akui

 



Hari ini tuh jujur aja rasanya lebih banyak capeknya. Bukan cuma capek ngurusin rumah, tapi capek juga ngatur emosi sama bocil 3,5 tahun yang lagi aktif-aktifnya. Fase nggak mau, biar aku aja aku juga bisa, maunya main terus aku ngerjain tugas domestik rumah tangga atau mandi aja ga boleh harus fokus sama dia sendiri, belum lagi kalau berangkat ke Ahe ada teman2nya liat jadinya gamau pergi seru main sama mereka, padahal udah dikasih waktu sebelum berangkat itu biar main dulu. Tapi tetep aja masih kurang, ditambah beradu argumen setiap hari. Mau berangkat ke Ahe aja pilih bajunya sampe setengah jam belum cari kerudungnya, dan seribu pertanyaan itu ternyata bikin kepala kudu ekstra sabar. Kadang pengen ngomel, tapi langsung inget… aku juga lagi diuji, bukan cuma anaknya.


Mengasuh bocah kecil ternyata bukan sekadar ngajarin dia ngomong baik atau hafalin doa-doa, tapi juga ngajarin diriku sendiri buat sabar, ngerem emosi, dan belajar legowo. MasyaAllah, ternyata Allah kasih hadiah lewat cara yang nggak selalu manis, tapi insyaAllah penuh hikmah.

Capek? Iya. Lelah? Banget. Tapi doa umma, semoga semua lelah ini jadi ladang pahala. Karena tiap tangisan, tiap rengekan, tiap bantahan bocil… sebenarnya adalah jalanku untuk belajar jadi ibu yang lebih kuat dan lebih dekat sama Allah. 🤲✨









#JournalingDay1

Setelah 30 hari ini apa kesimpulan terbesarku tentang tujuan dan keinginanku?




Nggak kerasa ya, September udah lewat aja. Rasanya campur aduk banget. Ada capeknya, ada senengnya, ada juga momen-momen yang bikin aku pengen nangis sekaligus ketawa.


Sebagai emak dengan peran dobel ngurus rumah, nemenin anak, ngajar privat, jadi istri, plus masih kuliah daring jujur aja nggak gampang. Kadang aku mikir, "Kok bisa sih ngadepin ini semua tiap hari?" Tapi ternyata, ya Allah yang kasih kekuatan.


Di bulan September ini aku belajar banyak hal:

🌸 Lelah itu wajar, tapi jangan lupa istirahat.

🌸 Nggak semua harus sempurna, cukup lakukan yang terbaik.

🌸 Senyum anak, perhatian suami, bahkan obrolan kecil bisa jadi energi besar.

🌸 Dan yang paling penting: jangan pernah jauh dari Allah, karena di situ letak tenangnya hati.


Jadi, apa yang aku rasain setelah 30 hari ini?

Aku merasa lelah, tapi bahagia. Sibuk, tapi penuh makna. Capek, tapi selalu ada rasa syukur yang nyelip di sela-sela aktivitas.

Semoga bulan depan bisa aku jalani dengan hati yang lebih lapang, iman yang lebih kuat, dan tetap jadi emak yang nggak cuma sibuk urusan dunia, tapi juga inget sama bekal akhirat. 

Setelah 30 hari ini, aku sadar banget… tujuan dan keinginanku tuh sering banget bercampur aduk. Kadang pengen ini, kadang pengen itu. Awalnya semangat, tapi pas dijalanin yaa nggak semulus bayangan. Ada capek, ada males, ada rasa pengen nyerah juga.

Tapi dari semua itu, aku jadi ngerti satu hal: kalau tujuannya cuma buat diri sendiri, gampang banget drop. Tapi kalau balik lagi karena Allah, rasanya ada aja energi buat terus jalan, meski pelan.

Keinginanku juga ternyata nggak bisa semuanya aku kejar sekaligus. Ada yang harus disimpan dulu, ada yang pelan-pelan aku wujudkan. Dan itu nggak apa-apa. Yang penting nggak berhenti.

Jadi kesimpulannya, tujuan hidupku harus lurus karena Allah, keinginanku harus disaring biar nggak asal nurutin nafsu. Jalanin aja step by step, insyaAllah sampai juga kalau Allah ridho.

Ya Allah, luruskan niatku, kuatkan langkahku, dan jadikan setiap lelahku bernilai ibadah di sisi-Mu. Aamiin.






#JournalingDay30

Senin, 29 September 2025

Bagaimana aku akan mengingatkan diriku saat mulai lupa tujuan?





Kadang tuh ya, aku suka lupa sama tujuan awal. Lupa kenapa aku kuliah lagi, lupa kenapa aku masih semangat ngajar privat, bahkan lupa kenapa aku harus tetap sabar jadi istri dan ibu. Pokoknya kalau lagi capek banget, rasanya semua alasan itu buyar begitu aja.


Tapi biasanya, aku punya cara sederhana buat "ingetin" diriku sendiri.

Entah itu dengan ngomong pelan di hati, "Hei, kamu kan dulu mau ini karena Allah, bukan cuma karena orang lain." Atau kadang aku liat wajah anakku lagi tidur nyenyak, langsung keinget lagi alasan kenapa aku harus terus maju.


Ada juga momen pas lagi buka laptop buat ngerjain tugas kuliah, aku tiba-tiba malas banget. Nah di situ aku coba tarik napas terus bilang ke diri sendiri, "Ingat nggak, kamu dulu semangat banget daftar kuliah ini? Jangan nyerah sekarang."


Lucunya, kadang suami atau anak malah jadi alarm pengingat yang nggak disangka. Anak nyelutuk dengan kalimat polosnya, atau suami sekadar nanya, "₩Udah selesai tugasnya?" itu udah cukup bikin aku sadar lagi.


Jadi ya, cara aku mengingatkan diri saat mulai lupa tujuan itu simpel aja:

ngobrol sama diri sendiri, lihat orang-orang terdekat yang jadi alasan aku melangkah, dan balik lagi inget bahwa semua ini jalan ibadah.


Nggak selalu berhasil sih, kadang tetap aja masih kebawa malas. Tapi setidaknya, aku punya cara untuk balik lagi ke jalurnya.






#JournalingDay29



Apa janji yang aku buat hari ini untuk diriku sendiri?



Hari ini aku ingin membuat sebuah janji kecil untuk diriku sendiri. Bukan janji yang muluk-muluk, tapi janji sederhana yang bisa jadi pengingat saat lelah datang dan semangat mulai berkurang.


Sebagai seorang ibu dari satu anak, istri, guru privat, sekaligus mahasiswi daring. Ada waktunya capek, ada masanya ingin berhenti sebentar. Tapi justru di titik itu aku merasa perlu membuat janji supaya langkahku tetap terarah.


Inilah janji yang aku buat hari ini:


🌸 Aku janji untuk tidak menuntut diriku sempurna. Cukup lakukan yang terbaik sebisaku hari ini.

🌸 Aku janji untuk selalu bersyukur, bahkan ketika badan lelah dan pikiran penuh.

🌸 Aku janji untuk menjaga hati tetap dekat dengan Allah, karena hanya dengan-Nya aku kuat.

🌸 Aku janji untuk memberi waktu berkualitas bagi anak dan suami, meski sesibuk apapun.

🌸 Aku janji untuk terus belajar dan berproses, walau langkahku kecil dan pelan.


Janji ini bukan sekadar tulisan, tapi doa. Aku tahu mungkin aku tidak selalu bisa memenuhinya dengan sempurna, tapi setidaknya aku punya pengingat untuk terus mencoba.


Semoga Allah beri kekuatan untuk menepati janji-janji kecil ini, dan menjadikannya bekal untuk hari-hari berikutnya. 🤍




#JournalingDay28


Sabtu, 27 September 2025

Apa arti "berjalan bersama Allah" dalam mencapai tujuan hidupku?



Sebenarnya apa sih arti berjalan bersama Allah dalam mencapai tujuan hidup? Karena jujur, hidup ini nggak lepas dari banyak keinginan, target, dan cita-cita. Apalagi sebagai emak-emak, yang tujuannya sederhana: Bismillah izinkan aku jadi istri yang baik buat suami, Bersyukur, umma yang hadir penuh buat anak, sekaligus tetap berkembang dengan segala amanah di luar rumah.


Berjalan bersama Allah itu buatku artinya nggak melangkah sendiri. Setiap rencana, doa, bahkan hal-hal sepele kayak milih baju bocil buat pergi 😅, kalau diniatkan karena Allah, rasanya jadi lebih ringan. Kita bukan cuma ngejar tercapainya tujuan duniawi, tapi juga ngejaga agar langkahnya sesuai dengan ridha-Nya.


Karena, kalau hanya mengandalkan diri sendiri, capek banget geeesss. Kadang gagal, kadang nggak sesuai ekspektasi. Tapi kalau selalu melibatkan Allah, hatinya lebih tenang. Ada rasa sabar, ada ikhlas, dan ada yakin bahwa Allah selalu punya rencana yang lebih indah.


Jadi, berjalan bersama Allah itu bukan cuma tentang berdoa ketika ingin sesuatu, tapi tentang menjadikan setiap langkah sebagai ibadah. Dari bangun tidur, ngurus rumah, ngajar privat, sampai belajar jadi mahasiswi daring pun, semua diniatkan karena Allah.


🌸 Harapannya, semoga setiap tujuan hidupku bukan hanya tercapai, tapi juga penuh keberkahan, dan kelak bisa mengantarkanku, suami, dan anak-anak menuju ridha Allah, Dan Surga Firfaus Al-A'la Aamiin Yaa Rabbal'alamin. 🤲✨




#JournalingDay27



Jumat, 26 September 2025

Apa bentuk rasa syukur yang bisa aku lakukan hari ini untuk hidupku?



Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati seseorang,

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara

(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

(3)Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,

(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,

(5) Hidupmu sebelum datang matimu.”

#Rumaysho.com 

Kadang aku sibuk banget sama rutinitas dari ngurus rumah, nemenin anak, ngajar privat, sampai tugas kuliah daring yang nggak ada habisnya. Capek? Iya. Tapi di balik semua itu, sebenarnya banyak banget nikmat yang Allah kasih dan sering aku lupa syukuri.


Akhirnya aku sadar, rasa syukur itu nggak selalu harus besar. Justru bisa dimulai dari hal-hal kecil seperti ini:

🌸 Ucap "Alhamdulillah" dengan sadar.

Bukan cuma di lisan, tapi benar-benar dirasakan di hati. Misalnya saat lihat anak sehat, atau saat bisa duduk sebentar sambil minum air hangat.


🌸 Berbuat baik pada orang terdekat.

Peluk anak lebih lama, bikinin teh untuk suami, atau telpon orang tua sekadar bilang kabar baik. Itu juga bentuk syukur karena Allah masih kasih kesempatan membahagiakan mereka.


🌸 Menikmati momen sederhana.

Main bareng anak tanpa gangguan HP, sholat dengan lebih khusyuk, atau sekadar makan dengan tenang.


🌸 Gunakan waktu untuk hal bermanfaat.

Menyelesaikan satu halaman tugas kuliah, atau menambah hafalan Qur’an walau cuma satu ayat. Itu tanda syukur karena Allah masih kasih kesempatan belajar.


🌸 Berbagi sekecil apapun.

Senyum, doa, atau cerita pengalaman yang mungkin bermanfaat buat orang lain.


Hari ini aku belajar bahwa syukur itu bukan hanya soal mengucap, tapi juga menikmati dan memanfaatkan nikmat yang Allah titipkan. Karena sejatinya, setiap detik hidup kita adalah alasan untuk berkata, "Alhamdulillah."


Semoga Allah jadikan kita hamba yang pandai bersyukur, dalam keadaan apa pun. 🤍





#JournalingDay26


Kamis, 25 September 2025

Bagaimana aku bisa menjaga motivasi ketika mulai lelah?


Ada hari-hari di mana rasanya capek banget. Dari pagi udah ngurus rumah, nemenin anak main, nyiapin kebutuhan suami, lanjut siang atau sore ngajar privat. Malamnya… eh ternyata masih ada tugas kuliah online yang harus diselesaikan. Kadang aku mikir, "Kapan ya bisa rebahan tanpa mikirin apa-apa?"


Tapi realitanya, semua peran itu nggak bisa ditinggalin. Aku adalah seorang ibu, istri, guru, sekaligus mahasiswi. Berat? Iya. Tapi di sisi lain, aku juga bersyukur karena Allah masih kasih aku kesempatan belajar dan berproses di banyak jalan.


Biar motivasi tetap terjaga, aku biasanya lakukan hal-hal kecil ini:


1. Balik ke niat awal.

Kenapa aku kuliah lagi? Kenapa tetap ngajar? Kenapa tetap berusaha jadi istri dan ibu terbaik? Karena semua ini adalah jalan untuk beribadah dan membahagiakan keluarga. Ingat itu aja bikin hati jadi lebih kuat.


2. Ambil jeda sejenak.

Kalau lagi pusing tugas kuliah, aku alihkan sebentar dengan main sama anak atau tiduran. Ternyata setelah itu pikiran jadi lebih fresh.


3. Bagi waktu dengan realistis.

Nggak semua harus sempurna. Ada saatnya aku pilih fokus ke anak, ada waktunya fokus ke kuliah. Yang penting seimbang sesuai kemampuan.


4. Butuh support system.

Obrolan ringan sama suami, pelukan anak, atau sekadar chat sama teman kuliah daring bisa jadi booster semangat yang luar biasa.


5. Dekatkan diri sama Allah.

Ketika lelah datang, aku coba ingat bahwa semua peran ini amanah dari-Nya. Doa dan dzikir jadi penopang utama, karena tanpa pertolongan Allah, rasanya mustahil bisa sekuat ini. 


Aku sadar, motivasi itu nggak selalu soal "semangat yang meledak-ledak". Kadang justru motivasi itu tentang bertahan, meski pelan. Tentang tetap maju walau capek. Dan tentang yakin bahwa setiap usaha kecil yang aku lakukan hari ini, insyaAllah ada nilai di sisi Allah.


Semoga Allah jaga hati dan langkah kita, para emak pejuang multi-peran. 🤍




#JournalingDay25