Kamis, 22 Mei 2025

Cerita Sore Ini: Tentang Pipis, Colekan, dan Pertanyaan Besar dari Si Sholihah







Tadi sore, sepulang dari les AHE, sesampainya di rumah, si kecil langsung minta pipis. Setelah itu, dengan tangan dan jari mungilnya, dia mulai "menggoda" ummanya: colek-colek bibir dan mata, bagian wajah yang flat nose ini, haha!


Aku refleks bilang,

"Afnan, umma sakit dicolok."

Dia langsung tersenyum manis dan menjawab,

"Maafin Neng, Umma. Neng bercanda,"

dengan ekspresi polos dan senyum renyah yang meluluhkan hati.


Beberapa menit kemudian, saat masuk kamar mandi, dia tiba-tiba bertanya:

"Umma, Allah itu punya mata nggak? Sama kayak Neng?"

Aku terdiam sejenak. Pertanyaan besar dari mulut kecil itu membuatku menarik napas dalam-dalam. MaasyaAllah... hatiku hangat. Anak kecilku mulai penasaran tentang Sang Penciptanya.


Setelah dia keluar dari kamar mandi, aku menjawab pelan-pelan dengan bahasa yang bisa ia pahami:

"Allah itu Maha Besar dan tidak sama seperti makhluk-Nya. Allah nggak punya bentuk seperti kita. Jadi Allah nggak punya mata seperti kita, tapi Allah bisa melihat semua hal di dunia ini dengan penuh kasih sayang."


Aku menambahkan,

"Allah itu sangat hebat. Dia bisa lihat semuanya, bahkan yang sembunyi-sembunyi, tanpa harus punya mata seperti kita."


Untuk membantunya lebih mengerti, aku beri contoh:

"Coba lihat angin, Neng bisa lihat angin?"

"Nggak..."

"Tapi Neng bisa rasain angin, kan? Nah, Allah itu bisa melihat semua yang kita lakukan, meski kita nggak bisa lihat Allah."


Bahkan saat Neng tidur pun, Allah tetap jaga Neng."

"Allah bisa denger Neng ngomong bisik-bisik juga?"

"Iya, Allah Maha Mendengar, jadi meski Neng bisik-bisik, Allah tetap dengar."

"Terus... Allah tinggalnya di mana?"

"Allah ada di atas langit yang sangat tinggi, tapi Allah juga dekat banget dengan orang yang ingat dan sayang sama Allah."


Dan begitulah, percakapan sore yang ringan berubah menjadi momen berharga. Anak kecilku bertanya dengan polos, dan aku menjawabnya dengan cinta dan harapan: semoga rasa ingin tahunya terus tumbuh, membawa hatinya dekat pada Rabb-nya.

Makanya kita harus selalu berbuat baik, karena Allah selalu melihat kita, dan Allah sayang sama anak sholihah seperti Afnan."

Dan hari itu, Afnan tidak hanya belajar tentang Allah, tapi juga tentang cinta, kasih sayang, dan keindahan iman yang tumbuh dari pertanyaan kecil, di sela colek bibir dan pipis sore.


Pertanyaan anak umur 3 tahun yang membuat umma banyak belajar lagi, Thank you Allah ❤

Senin, 19 Mei 2025

Pindahan ke Kontrakan Ketiga, Rezeki yang Tak Disangka



Afnan dan khansa fokus meronce


Afnan mewarnai Jagung 


Suasana bimbel Ahe


               Suasana di Rumah Baru Balekambang 



Awal November 2024, lagi-lagi aku harus membereskan kardus-kardus dan menyusun hidup dari awal. Ini sudah ketiga kalinya aku dan keluargaku pindah rumah sejak menikah. Rasanya lelah secara fisik, tapi juga emosional. Namun kami yakin, di balik setiap pindahan, pasti ada maksud baik dari Allah.


Sebelumnya, kami tinggal di daerah Cigebrong, Jonggol, Kabupaten Bogor. Tempatnya masih baru, nyaman, dan lokasi strategis dekat dengan grosir dan supermarket. Sebelumnya lagi, tahun pertama pernikahan kami lalui di Warung Jengkol. Semua tempat itu punya cerita, kenangan, dan perjuangan masing-masing. Dan kini, kami pindah ke kontrakan baru yang lebih dekat dengan tempat kerja suamiku di Andalus Putri.


Tak lama setelah pindahan, suamiku memberi kabar tentang lowongan kerja di sebuah bimbel bernama Ahe, tepat di depan Andalus Putri. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menawarkannya padaku. Setelah kami berdiskusi dan sama-sama ridha, aku menerima tawaran tersebut. Alhamdulillah, aku diberi amanah menjadi pengajar di Bimbel Ahe Balekambang.


Allah benar-benar Maha Baik. Setelah pindah, kami tidak hanya mendapatkan tempat tinggal yang lebih dekat dengan aktivitas, tapi juga lingkungan yang penuh kebaikan. Rumah yang kami tempati sebelumnya dihuni oleh Ummu Asyrof dan keluarganya. Karena beliau dipindahkan ke rumah dinas Andalus Putri, rumah ini akhirnya bisa kami tinggali. Aku dan suamiku sangat bersyukur atas kebaikan serta kemurahan hati beliau dan keluarganya. Semoga Allah membalas dengan kebahagiaan dan keberkahan untuk keluarga Ummu Asyrof, dunia dan akhirat.


Kini, sudah hampir tujuh bulan aku menjalani rutinitas baru sebagai pengajar di Bimbel Ahe. Tapi kali ini berbeda dari sebelumnya. Aku mengajar sambil membawa si kecil, Afnan Farha, kami memanggilnya “Neng”. Namanya indah, hadiah dari suamiku dan temannya. Mengajar sambil mengasuh tentu tidak mudah. Kadang lelah, kadang kasihan melihat si kecil ikut sibuk. Tapi alhamdulillah, jam kerjaku cukup bersahabat, mulai pukul 10 pagi sampai 3 sore.


Yang membuatku betah adalah suasana bimbel yang hangat dan pemiliknya, Bu Icha, yang luar biasa ramah, perhatian, dan menyenangkan. Beliau membuatku merasa dihargai dan diterima. Aku tak pernah lupa untuk mendoakan beliau agar selalu diberi kesehatan, keturunan yang sholih, kebahagiaan dunia akhirat, serta dimudahkan dalam segala urusannya.


Setiap hari aku juga berdoa agar anak-anak yang aku ajar mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berkah. Semoga mereka tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, santun, dan mencintai ilmu. Dan semoga apa yang aku lakukan hari ini menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya, meski aku telah tiada kelak.


Aamiin yaa Rabbal ‘alamin.


Sabtu, 17 Mei 2025

Mobil Uwa, Umroh, dan Masuk Angin

 


“Mobil Uwa, Umroh, dan Masuk Angin”


Sore itu, 13 Mei 2025, langit Jonggol mendung tipis. Adem, cocok banget buat jalan-jalan sore. Suamiku tiba-tiba nyeletuk, “Pinjam mobil Uwa, yuk? Katanya lagi nganggur, sayang kalau cuma parkir doang.”


Aku langsung angguk, semangat. Bayangin bisa jalan-jalan ke Citra nggak naik motor, nggak ribet sama jas hujan atau helm berantakan. Afnan juga kayaknya bakal senang, bisa lihat-lihat jalan sambil duduk manis di kursi belakang.


Mobil Uwa akhirnya nongkrong di depan kantor. AC-nya dingin dan aroma mobilnya khas, campuran parfum gantung lawas dan kenangan keluarga besar. Kami pun meluncur santai, melewati jalanan sore yang ramai tapi nggak terlalu padat.


Belum lama jalan, obrolan random muncul seperti biasa.

“Buy,” kata aku sambil lihat suami setir mobil, “mending beli mobil dulu atau umroh ya?”


“Hmm… mobil itu kenyamanan dunia. Umroh itu bekal akhirat. Tapi kita hidup di dunia juga, dan dunia ini panas.”


Kami tertawa. “Ya jadi gimana?”


“Ya... pengennya dua-duanya dong. Tapi kalau boleh milih satu dulu, ya... kita lihat kondisi keuangan kita.”


Kami tertawa, tapi dalam hati mikir beneran. Nabung dua-duanya susah, tapi niat dua-duanya insyaAllah nggak susah.


Sayangnya, Afnan di kursi belakang mendadak meringkuk. “Peyut Neng sakit, umma,” katanya lemes.


Qadarullah, si kecil masuk angin. Padahal rencana piknik mini udah disusun rapi di kepala. Jalan-jalan ke Citra pun berubah jadi misi cepat: beli air kelapa, lalu mampir makan di kebuli Abuya. 


Setelah sampai di kebuli Abuya, Afnan malah nggak mau makan. Tubuhnya lemes, wajahnya pucat. “Peyut Neng sakit, umma” katanya, sambil tiduran di kursi. 


Nggak bisa makan, jadi akhirnya kami bungkus saja nasi kebuli itu. “Ya udah, kita balik dulu, Afnan harus sehat,” kata suamiku sambil matiin mesin mobil Uwa. Kami bergegas pulang, meskipun niat jalan-jalan terpaksa batal.

Sambil nyetir di jalan pulang, obrolan yang tadi lanjut lagi.

“Ya udah, sementara ini pinjam mobil Uwa dulu,” katanya sambil fokus ke jalan. “Umroh masih di list. Yang penting Afnan sehat dulu.” 


Aku tersenyum, merasakan kedamaian meski segala sesuatunya nggak berjalan sesuai rencana. “Iya, yang penting keluarga sehat. Rezeki kan bakal nyusul.” 


Setibanya di rumah, aku langsung siapkan Zoom untuk kelas Speaking Partners  sementara suamiku dengan sabar kompresin perut Afnan pakai minyak but-but dan bawang merah, obat ampuh jaman dulu yang selalu jadi penyelamat keluarga. 


Kadang, hidup tuh sesederhana itu: niat besar, kenyataan kecil, tapi hati tetap hangat.

Afnan tidur pulas setelah diperawatan, dan aku kembali menatap layar, meski pikiran masih berputar soal mobil dan umroh. 


Mungkin, dari mobil pinjaman ini, langkah kita justru menuju mimpi yang lebih besar. Siapa tahu, nanti Allah kasih rezeki entah mobil sendiri, atau perjalanan ke Tanah Suci. 


Atau mungkin keduanya, dalam waktu yang pas, dengan ridho-Nya.



Setrika Terakhir

                             “Setrika Terakhir”





Akhir pekan datang seperti biasa, bukan berarti leha-leha total. Tapi hari itu, Afnan si kecil yang sedang masa-masa keemasannya dalam dunia masak-masakan plastik lagi anteng banget. Sebuah keajaiban. Maka kuputuskan untuk rebahan sejenak. Cuma sebentar, sebelum tumpukan baju di pojok ruangan itu mulai menatapku dengan tatapan penuh harap.


Baru juga duduk sambil nyolek kerjaan setrika, tiba-tiba suara khasnya terdengar: “Tiiit... klik.”

Lho, mati? Kucoba nyalakan lagi. Diam.

Kutoleh ke arahnya, dan entah kenapa rasanya seperti sedang menatap sahabat lama yang sedang pamit.

Ya, wajar saja... dia udah nemenin dari 2019. Hasil berburu di flash sale tengah malam, cuma 70 ribu. Dulu aku bangga banget bisa dapat harga segitu. Ustadzah yang lain aja kalah cepet waktu itu.


Setrika ini bukan sekadar alat dia adalah pahlawan rumah tangga. Sudah menyetrika baju sebelum pengajian, seragam Abuy, bahkan gamis buat kondangan dadakan dan untuk acara bulanan Ustadzah alias mukafaah (gaji). Dia setia, meski kabelnya sempat ditali pakai selotip, meski pegangan plastiknya udah retak-retak.


Tapi ya sudahlah, setiap yang datang pasti akan pergi.

Setrika ini kini masuk masa pensiun, mungkin dengan bahagia. Aku sendiri yang akan ganti dia. Demi nyetrika yang lebih aman, lebih cepat, dan harapannya lebih hemat listrik.


Hidup emak-emak itu emang nggak jauh dari uap panas. Tapi di balik semua itu, ada tawa, kenangan, dan cerita yang bikin setiap rutinitas jadi istimewa.


Hari itu, aku mengantar setrika tua ke pojok gudang.

"Terima kasih ya," bisikku.

Lalu kulirik Afnan yang masih sibuk di dapur kecilnya.

Ah, sepertinya aku masih punya waktu lima menit lagi untuk rebahan.



Sabtu, 03 Mei 2025

Bersyukurlah tanpa henti







Selamat datang, Afnan Farha! Si kecil yang bakal jadi partner in crime buat petualangan seru di masa depan. Let's rock this world together!


Allah tambahkan rasa syukur ini dengan adanya kehadiran mu, menjadi orang tua yang terus belajar dan belajar lagi.


 ÙŠَٰٓØ£َÙŠُّÙ‡َا ٱلَّذِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ ÙƒُÙ„ُوا۟ Ù…ِÙ† Ø·َÙŠِّبَٰتِ Ù…َا رَزَÙ‚ْÙ†َٰÙƒُÙ…ْ ÙˆَٱشْÙƒُرُوا۟ Ù„ِÙ„َّÙ‡ِ Ø¥ِÙ† ÙƒُنتُÙ…ْ Ø¥ِÙŠَّاهُ تَعْبُدُونَ

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. Al baqarah ayat 172 


#selfreminderbersyukurlahdarihalygpalingkecil


“Kehidupan itu cuma dua hari. Satu hari berpihak kepadamu dan satu hari melawanmu. Maka pada saat ia berpihak kepadamu, jangan bangga dan gegabah; dan pada saat ia melawanmu bersabarlah. Karena keduanya adalah ujian bagimu.” –Ali bin Abi Thalib.