Beberapa bulan nggak ada kabar, tiba-tiba aku lihat statusnya. Refleks aku langsung sapa dan cerita. Rasanya kayak bertemu sahabat lama yang dulu sering bareng di pondok. Dan ternyata… sambutannya hangat seperti dulu.
Beberapa hari kemudian, kami lanjut chat lewat WhatsApp. Saling bertanya kabar, saling tanya soal anak, dan akhirnya masuk ke obrolan yang bikin aku makin semangat: soal mengenalkan Qur'an ke anak sejak dini.
Dia cerita, anaknya yang dia panggil Uway baru berusia 2 tahun, tapi sudah ikut kelas tahfidz. Bahkan sudah bisa baca iqro dan ditalaqqi surat An-Naba. MasyaAllah banget. Aku langsung penasaran, tanya: "Metode apa sih yang dia pakai? Kok bisa segigih itu ngajarin anak?"
Dia cerita dengan ringan, dan aku menyimak dengan mata berbinar-binar. Rasanya tuh kayak nemu teman seperjuangan yang selama ini aku butuhkan. Jujur, walaupun lingkungan mendukung, aku sering ngerasa kurang support dalam hal ngajarin anak cinta Al-Qur’an. Obrolan sama dia tuh bikin aku merasa nggak sendiri.
Kami memang pernah punya mimpi bareng. Waktu masih di pondok, kami suka cerita gimana pengen jadi ibu yang berarti, yang ngajarin Qur'an ke anak-anaknya, yang saling menguatkan dalam kebaikan. Sekarang walaupun jarak memisahkan, ternyata obrolan kami masih sama: ingin jadi ibu yang bermanfaat, ingin menumbuhkan cinta Qur'an di hati anak-anak.
Dia lagi baca buku "Alhamdulillah Balitaku Hafal Al-Qur'an" karya Ustadzah DR. Sarmini, LC, MA. Aku jadi penasaran juga. Rasanya pengen ikutan baca dan praktek juga.
Kadang aku rindu masa-masa dulu, saat masih single. Saat semua terasa ringan. Tapi aku sadar, waktu nggak bisa diulang. Sekarang kita sudah di fase masing-masing, sudah jadi istri, sudah jadi ibu, dan punya banyak amanah.
Tapi satu hal yang nggak berubah...
Aku tetap bersyukur pernah kenal kamu.
Terima kasih sudah tetap jadi sosok yang menguatkan, walau lewat status singkat dan chat yang penuh manfaat.
Semoga Allah terus jaga semangat kita. Semoga kita bisa terus belajar dan bertumbuh. Dan kalaupun kita tak bisa sering bertemu di dunia, semoga Allah pertemukan kita di surga-Nya. Aamiin yaa Rabbal ‘alamin.
Pengen banget ketemu, tapi sekarang semuanya butuh pertimbangan. Sudah menikah, ada tanggung jawab, perlu izin ke suami juga. Tapi aku percaya, doa yang saling menyentuh langit... bisa menyambung hati meski raga jauh.







