Yang Udah Saatnya Aku Lepasin
Sebagai ibu, istri, guru, mahasiswi, dan juga manusia biasa… kadang aku terlalu sibuk jalan terus, sampai nggak sadar ternyata ada yang masih aku bawa dari masa lalu.
Padahal kelihatannya aku baik-baik aja.
Ngurus rumah, ngajar anak-anak, kuliah, nemenin anak main, masak, beberes… semua jalan.
Tapi di sela-sela itu, kadang ada perasaan yang muncul diam-diam.
Rasa sesal, rasa capek yang belum selesai, luka-luka kecil yang aku pikir udah hilang tapi ternyata belum.
Sebagai ambivert, kadang aku bisa cerita, tapi nggak selalu.
Kadang butuh temen ngobrol, tapi juga butuh ruang buat sendiri.
Dan saat sepi di tengah malam nangis sendiri pas sujud itu rasanya adem banget curhat sama sang khalik...
Tentang hal-hal yang dulu aku sesali.
Tentang orang-orang yang pernah nyakitin.
Tentang keputusan yang pernah bikin hati berat.
Tentang versi diriku dulu yang aku harap bisa aku peluk dan bilang, "Kamu nggak salah kok."
Aku capek nahan semuanya sendiri. Tapi juga nggak selalu tahu harus cerita ke siapa.
Akhirnya ya gitu, disimpan. Padahal makin disimpan, makin sesak.
Tapi makin ke sini aku belajar... mungkin udah saatnya aku lepaskan.
Bukan karena aku pura-pura kuat, tapi karena aku pengen lega.
Allah tahu semua yang aku rasakan, bahkan yang nggak sempat aku ceritakan.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
(QS. Al-Baqarah: 286)
Aku cuma pengen hidup lebih ringan.
Nggak ngerasa terus dibayangin masa lalu.
Nggak ngerasa gagal karena keputusan yang dulu.
Aku cuma pengen damai sama diriku sendiri.
Kalau hari ini aku masih belum bisa sepenuhnya ikhlas, nggak apa-apa.
Yang penting aku tahu, aku sedang menuju ke sana. Pelan-pelan, tapi niatnya benar.
Dan semoga… yang aku lepaskan, Allah ganti dengan hati yang lebih lapang, dan langkah yang lebih tenang.
#JournalingDay4


Tidak ada komentar:
Posting Komentar