Senin, 02 Juni 2025

Gimana perasaanku setelah melewati bulan Mei?




Refleksi Setelah Melewati Bulan Mei


Melewati bulan Mei rasanya seperti mendaki Gunung Everest, terjal, dingin, dan penuh perjuangan yang menguras tenaga dan emosi. But Alhamdulillah, aku bisa sampai di “puncaknya” dengan penuh syukur, senyuman, dan harapan baru untuk bulan berikutnya.


Aku sempat merasakan kesedihan yang datang bertubi-tubi, tapi aku percaya bahwa setiap sujudku adalah tempat curhat paling jujur. Di hadapan Allah, aku bisa menangis sepuasnya, mengadu tanpa perlu takut dihakimi. Karena memang, aku bukan tipe orang yang mudah percaya atau mudah cerita ke sembarang orang. Satu-satunya tempat curhat selain Allah adalah ibuku, teman sejati sepanjang hayat. ❤️


Dan hari ini, aku ingin bilang "Thank you, ya Allah"... karena Engkau masih mampukan aku menjalani peranku sebagai seorang istri, ibu, dan wanita yang juga bekerja. Mengurus rumah, anak, urusan domestik all with just me and my husband. It’s not easy, tapi ternyata... I made it this far. ðŸ¥¹


Aku bangga dengan diriku. Aku tahu ini semua bukan karena kekuatanku sendiri, tapi karena pertolongan Allah yang tak pernah putus. Aku selalu ingat firman-Nya: “Laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha” Allah tidak membebani hamba-Nya melebihi kemampuan mereka. Dan aku percaya itu sepenuh hati.


Hari ini aku belajar banyak. Tentang sabar. Tentang syukur. Tentang menjadi kuat dalam diam. Tentang tidak menyerah ketika rasanya ingin berhenti.


Terima kasih untuk diriku sendiri—karena sudah bertahan sejauh ini. Dengan izin Allah, aku masih sehat wal'afiat, masih bisa senyum, dan masih bisa menjadi versi terbaik untuk suamiku dan anakku yang setiap hari menjadi madrasah dan sumber semangat terbesar dalam hidupku.


Bismillah, Juni... I'm ready. ðŸŒ™ðŸŒ¿


#Day1JournalingChallange

Tidak ada komentar:

Posting Komentar