kayaknya aku harus belajar cara mengendalikan emosi. Bukan supaya kelihatan ‘cool’ di depan orang lain, tapi supaya aku sendiri nggak capek menghadapi semua drama dalam kepalaku.
Kadang Emosi Itu Datang Tanpa Permisi
Pernah nggak sih, kamu lagi ngobrol baik-baik, lalu tiba-tiba ada kalimat orang yang nyentil banget? Mungkin dia nggak maksud apa-apa, tapi entah kenapa nadanya bikin kuping panas. Dulu, aku biasanya langsung diem, matiin ekspresi, tapi di dalam hati udah debat 1000 kata.
Tapi makin ke sini, aku coba tahan sebentar. Nggak langsung bereaksi. Kayak bilang ke diri sendiri,
"Oke, ada yang ke-trigger. Tapi ini cuma emosi. Kita lihat dulu, ini soal apa."
Dan ternyata itu membantu banget. Karena ternyata yang nyakitin bukan selalu orangnya, tapi cara pikirku sendiri.
Emosi Itu Nggak Harus Diusir, Tapi Dimengerti
Aku dulu sering mikir, "kenapa sih aku gampang banget marah atau sedih?" Tapi sekarang aku pelan-pelan belajar, ternyata emosi itu bukan musuh. Dia muncul karena mngkin aku capek. Mungkin aku butuh validasi. Mungkin aku pernah punya luka lama yang belum sembuh.
Jadi sekarang, kalau marah, aku coba tanya:
"Kamu kenapa? Kamu butuh apa?"
Lucu ya, kayak ngobrol sama diri sendiri. Tapi itu berhasil. Rasanya kayak punya sahabat yang ngerti perasaan sendiri.
Aku Masih Belajar
Jujur, aku masih sering gagal. Masih suka ngomel, masih suka ngambek nggak jelas terutama sama orang di sekelilingku yaitu suami dan anakku Maafin yaa huhuu. Tapi sekarang aku nggak terlalu keras sama diri sendiri. Aku tahu aku sedang belajar. Setiap hari, aku coba untuk lebih sadar, lebih tenang, dan lebih jujur pada diri sendiri.
Mengendalikan emosi bukan berarti jadi orang yang selalu tenang. Tapi jadi orang yang bisa memilih kapan harus bicara, kapan harus diam, dan kapan harus memeluk diri sendiri dulu sebelum bereaksi.
Dan buatku, itu sudah cukup.
Kalau Kamu Lagi Berjuang Juga…
Tenang. Kamu nggak sendirian. Kita semua belajar bareng. Pelan-pelan aja. Emosi itu bagian dari kita, tapi bukan kita sepenuhnya. Dan kita punya pilihan untuk merespons dengan lebih sadar, lebih lembut, dan lebih dewasa satu momen kecil, satu tarikan napas, satu pecakapan di hati tariik napas hembuskan Astaghfirulloh astaghfirullah astaghfirullah aku memohon ampuun...
#JournalingDay16