Kamis, 31 Juli 2025

Juli selesai, pelajaran terbesar bulan ini buatku adalah...



Pelajaran Terbesar di Bulan Juli 


Alhamdulillah… bulan Juli akhirnya selesai juga.

Rasanya campur aduk. Ada capek, ada senang, ada juga bingung dan lelah yang kadang nggak bisa dijelasin.

Tapi kalau disuruh nyebut satu pelajaran terbesar di bulan ini, mungkin jawabannya:

aku belajar buat nerima keadaan.

Kadang aku punya banyak rencana, tapi ternyata Allah kasih jalan yang beda.

Misalnya, udah atur jadwal rapi biar bisa berangkat setiap hari jam 9, dan masak, eh tiba-tiba anak rewel, mandi, pake baju mau serba sendiri. Memang iya belajar mandiri tapi kadang waktunya kurang tepat, atau ada kerjaan lain yang nyelip.

Awalnya suka kesel sendiri. Tapi makin ke sini, aku belajar buat "ya udah, jalani aja." Yang penting ga kesiangan atau anak-anak pada nunggu aku. 

Aku juga belajar buat nggak maksain semua harus selesai hari itu juga.

Kalau capek, ya istirahat.

Kalau nggak bisa semua dikerjain, ya kerjain semampunya.

Karena ternyata, jadi ibu itu bukan soal bisa semua, tapi bisa bertahan dan tetap sayang sama diri sendiri.

Juli ini juga jadi bulan yang ngajarin aku buat lebih sabar, terutama sama diri sendiri.

ketika aku mengurangi ekspektasi dan memperbanyak syukur, hatiku jadi lebih tenang.

Bukan karena semuanya lancar, tapi karena aku belajar menerima.

Kalau dulu sering nyalahin diri kalau ada yang nggak sesuai rencana, sekarang pelan-pelan belajar bilang ke diri sendiri,

"nggak apa-apa, kamu udah usaha." 

Alhamdulillah, walau nggak semua hal berjalan mulus, tapi aku tetap bersyukur.

Masih bisa belajar, masih bisa bareng keluarga, masih bisa ngejalanin hari-hari walau kadang ngos-ngosan juga 😅


Semoga di bulan Agustus aku bisa lebih tenang, lebih ikhlas, dan lebih kuat lagi.

Aamiin.




#JournalingDay31


Rabu, 30 Juli 2025

Kalau ada satu momen kerja/belajar yang pengen aku abadikan, itu kapan dan kenapa?


Momen yang aku selalu ingat, bukan karena nilai tinggi atau dapat hadiah ataupun penghargaan waktu sekolah. Ada yang lebih penting dari itu. 

Saat aku belajar sambil nyuapin anak, trus minta sambil ngaji atau bacain buku cerita kesukaannya, sambil masak, atau sambil lipat baju. 

Kelihatannya sepele, ya?

Tapi buatku, momen-momen itu justru penuh perjuangan dan makna.

Karena di tengah rutinitas yang nggak pernah benar-benar berhenti selalu ada semangat untuk tetap berkembang.

Di tengah rumah yang mungkin nggak selalu rapi, ada niat untuk terus belajar.

Di sela suara anak, bunyi kompor, dan tumpukan cucian… aku tetap ingin jadi versi diriku yang bertumbuh.


Aku masih ingat satu sore, aku lagi makan, tiba-tiba Afnan minta ditemenin pup.

Kadang juga, waktu aku lagi ngajar, dia merengek minta perhatian, minta ditemenin mewarnai atau menggambar.

Atau tiba-tiba banyak tanya, pas aku lagi jelasin pelajaran ke murid-murid.

Lucu, repot, tapi selalu penuh cinta.

Ya begitulah dunia ibu rumah tangga.


Masa-masa seperti itu mungkin terlihat "biasa aja" di mata orang lain,

Tapi buatku… mereka istimewa.

Karena aku tahu, masa itu nggak akan keulang.

Dan walaupun kadang ribet, tetap ada rasa syukur bisa menjalaninya.


Aku juga pernah, waktu ikut Zoom kelas Bahasa Inggris, Afnan tiba-tiba pengen nimbrung.

MasyaaAllah tabarakallah...

Bukannya terganggu, justru aku merasa momen itu lucu, hangat, dan tak terlupakan.


Dan anehnya… semua capek itu nggak bikin aku nyerah.

Justru dari situ aku merasa:

"Ini aku. Ini versiku yang sebenarnya. Bukan sempurna, tapi nyata."

Momen-momen seperti itu mungkin nggak masuk ke album foto.

Tapi dalam hatiku, mereka abadi.


Karena dari situlah aku belajar, bahwa:

🌷 Menjadi ibu bukan penghalang untuk menuntut ilmu.

🌷 Menjadi istri bukan alasan untuk berhenti berkembang.

🌷 Dan menjadi diriku sendiri justru terasa utuh… saat aku bisa terus belajar tanpa meninggalkan peran-peran yang Allah titipkan.


Semoga Allah berikan kita kesehatan jasmani, rohani, fisik, mental dan bathin kita Aamiin yaa rabbal'alamin... 

#JournalingDay30

Selasa, 29 Juli 2025

Apa aja 3 kesalahan diriku yang dulu bikin malu, tapi sekarang bisa aku ketawain? Wkwkwk 



 1. Pake Sendal Beda Model 

Waktu itu buru-buru banget mau keluar. Langsung aja asal nyomot sandal yang kelihatan di depan pintu. Udah duduk manis di motor setengah jalan terus macet, baru deh sadar...

Kiri kanan sendalnya beda model!

Satu sandal rumah, satu lagi sandal keluar.

Suami langsung noleh, terus bilang, "Kita belok dulu deh, beliin sandal baru."

Untung belum sampe mall. Bisa kebayang dong kalau sadar pas udah turun di parkiran? 

Sekarang kalau inget, malah ketawa sendiri. Pelajaran: jangan panik dan cek dulu sebelum berangkat 😆


2. Sendal Copot di Tempat Umum 

Ini masih cerita sandal juga 😅

Lagi jalan santai pulang dari Alfamart bareng ibu, tiba-tiba sendal copot.

Dan pas banget ketemu sama temennya Afnan yang lagi jalan sama ayahnya beli buah.

Rasanya langsung mau mundur teratur.

Untungnya gamis panjang jadi penyelamat. Tapi dalam hati udah riweuh sendiri, deg-degan, malu, sekaligus pengen ketawa.

Momen kayak gini tuh bikin kita belajar buat gak terlalu mikirin "apa kata orang" yang penting selamat, hehe.


3. Masak Nasi Tapi Lupa Pencet "Cook"

Dulu pernah semangat banget masak. Udah siapin sayur, goreng lauk, sambil ngebayangin makan bareng keluarga.

Pas udah waktunya makan, aku buka rice cooker...

Nasinya masih mentah dong. 😅

Ternyata aku lupa pencet tombol "cook".

Dulu rasanya pengen nangis sambil ngumpet ke dapur. Tapi sekarang? Ini jadi cerita klasik yang sering kami ingat sambil ketawa bareng.


Kadang ya, momen-momen memalukan itu justru yang paling melekat dan jadi penghangat obrolan.

Dulu malu, sekarang malah bikin bahagia.

Allah kasih warna dalam keseharian, lewat hal-hal sederhana tapi penuh kenangan.


Kalau kamu gimana? Ada juga gak cerita lucu yang dulu bikin malu, sekarang bikin senyum? 😊✨



#JournalingDay29

Senin, 28 Juli 2025

Dari Kerudung, Keluarga, Sampai Pelukan: Percakapan Kecil Penuh Makna dengan Afnan



Dari Kerudung, Keluarga, Sampai Pelukan: Percakapan Kecil Penuh Makna dengan Afnan


Akhir-akhir ini, Afnan solihah mulai banyak bertanya.

Bukan lagi soal warna, mainan, atau rasa makanan. Tapi pertanyaannya mulai naik kelas… ke topik keluarga, hubungan, dan bahkan hukum syar’i.

MasyaaAllah.

Bulan lalu, adiknya suami (Afnan panggil Mang Mul) nginep di rumah.

Mereka akrab banget. Main bareng, jalan-jalan, disuapin juga.

Di sela momen itu, Afnan nanya ke aku,

"Umma, kenapa pake kerudung terus?

Aku jawab: "Kan ada Mang Mul." Buka aja, Ma... gapapa."

Aku sempat senyum dan tenangin Afnan.

Lalu, dijelaskan oleh Abuy-nya dengan lembut:

"Mang Mul itu bukan mahram Neng sayangku. Jadi umma gak boleh buka kerudung di depan Mang Mul. Kalau sama sesama perempuan, atau sama kakak dan adik kandung Umma, baru boleh."

Lalu kami tanya balik,

"Paham Neng?"

Dan Afnan jawab:

"Paham, Abuy."

Sambil manggut-manggut, dan gak nanya lagi. MasyaaAllah…

Beberapa hari kemudian, aku cerita ke Afnan bahwa adikku, Bi Aca, mau nginep dua hari.

Afnan udah kenal, sering video call dan sering ketemu, tapi dia tetap nanya,

Bi Aca itu siapa?"

Aku jawab:

"Adiknya Umma. Sama kayak Mang Aden, itu juga adiknya Umma."

Lalu dia lanjut:

Umma punya kakak nggak?"

Aku jawab sambil sebutin satu-satu:

"Punya. Ada Wa Imi, Wa Umi, Wa Igun, Wa Yayu, Wa Eka. Banyak ya kakak Umma?"

Aku juga jelaskan:

"Abah dan Amih punya sembilan anak. Alhamdulillah, Umma anak ke tujuh dari sembilan bersaudara."

Afnan pun mengangguk dan bilang,

"Ooh gitu maa…"

Gak lama, dia nanya lagi:

"Kalau Wa Bunda itu kakaknya Umma juga?"

Aku jawab:

"Wa Bunda itu bukan kakak kandung Umma. Tapi dia istrinya Wa Igun, kayak Umma itu istrinya Abuy."

"Fahimtum?"

Dan dengan gaya khasnya, Afnan menjawab:

"Fahimna." 😄


Sampai akhirnya aku jelaskan satu per satu pasangan dari kakak-kakakku dan anak-anak mereka juga. Karena kalau gak dijelaskan, dia bisa lanjut nanya terus, hehe.


Ada satu momen lain yang bikin aku tarik napas panjang, tapi tetap harus dijawab dengan bijak.

Suatu malam, aku baru selesai sholat Maghrib.

Tiba-tiba Afnan senyum-senyum sendiri sambil nonton TV.

Aku tanya, dan dia menjawab dengan polos:

"Umma, itu pelukan ya?"

Aku tengok TV... ternyata lagi tayang sinetron. Ada adegan suami istri pelukan, dan si istri sedang hamil.

Dalam hati, sempat mikir, "Duh, kenapa tadi Abuy gak langsung ganti channel…"

Padahal Abuy-nya lagi di kamar mandi 😅

Akhirnya aku jawab pelan:

"Iya, itu pelukan tanda sayang. Kayak waktu Umma sama Abuy pelukan waktu Umma lagi hamil Neng. Karena sayang."

Afnan jawab,

"Ooh gitu ya maa…"

Dan selesai. Dia ngajakin ummanya main. 

MasyaaAllah, Afnan...


Aku bersyukur bisa membersamai masa tumbuhmu yang penuh rasa ingin tahu ini.

Tiap pertanyaan, meski sederhana, adalah pintu belajar yang luar biasa.

Buatku sebagai orang tua, ini jadi tantangan sekaligus hadiah.

Karena menjawab rasa ingin tahu anak bukan sekadar memberi informasi… tapi menanamkan nilai, membangun pemahaman, dan memperkenalkan anak pada syariat dan cinta keluarga.


Semoga Umma dan Abuy diberi kemampuan untuk terus mendampingi dengan lembut, jujur, dan penuh kasih.

Dan semoga Afnan tumbuh menjadi anak yang berilmu, beradab, dan beriman.

Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.



AFNAN FARHA 3 TAHUN 3 BULAN 

Aku pengen coba hal baru apa dibulan depan?





Bulan depan, aku punya tiga niat sederhana, tapi semoga bisa membawa banyak kebaikan untuk diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.


🌸 1. Kasih Kejutan Snack untuk Suami

Aku pengen mulai kasih kejutan kecil buat suami, seminggu sekali. Nggak perlu mahal. Bisa sekadar cemilan kesukaannya, gorengan hangat, atau jajan favorit dari warung sebelah. Biar dia tahu, walau sibuk dengan anak dan rumah, aku tetap pengen jadi istri yang perhatian. Karena cinta itu kadang nggak butuh kata-kata, cukup lewat gorengan tempe atau ubi cilembu kesukaan dia 😊


🌸 2. Halaqoh Pekanan dengan Tetangga Shalihah

Aku juga ingin mulai mengadakan halaqoh ringan setiap pekan dengan tetangga yang punya semangat hijrah dan semangat belajar. Ngaji bareng, diskusi seputar ayat atau hadits, atau sekadar saling menguatkan dalam menjadi istri dan ibu yang diridhai Allah. Semoga ini jadi awal terbentuknya lingkungan yang saling mengingatkan dalam iman dan amal.


🌸 3. Bikin Kue Bareng Suami dan Anak

Aku pengen ciptakan momen manis bareng keluarga kecil kami. Caranya? Seminggu sekali bikin kue bareng suami dan anak. Gak harus yang rumit. Bisa bolu sederhana, atau donat gula. Yang penting prosesnya, tawa di dapur, adonan yang berantakan, dan tangan kecil anakku yang ikut mengaduk. Semua itu insyaAllah jadi kenangan indah buat kami nanti.


Tiga hal kecil ini mudah-mudahan bisa kulakukan dengan istiqamah. Karena aku percaya, perubahan besar dimulai dari langkah kecil, yang dilakukan dengan cinta, niat baik, dan harapan akan ridha Allah.



#JournalingDay28



Minggu, 27 Juli 2025

Gimana cara terbaik untuk kasih jeda tanpa merasa "males" ? Makan dulu atau ngapain?




 Aku sering ngerasa butuh jeda, apalagi kalau lagi capek ngurus rumah, ngajar, atau nemenin anak. Tapi kadang takut, jangan-jangan malah jadi males.


Akhirnya aku coba beberapa hal biar bisa istirahat tanpa kehilangan semangat:


1. Dulu aku mikir, jeda tuh ya berarti rebahan. Tapi ternyata, makin rebahan malah makin berat buat bangkit lagi 😅 misalnya: 

Minum air putih sambil duduk ajakin main anak, gerakin badan sebentar, stretching ringan. 

Intinya jeda bikin seger dan tetap anak pun ikutin senam juga.

2. Kalau Lapar, Makan! Tapi Jangan Terlalu Nyaman 

Aku pernah bilang ke diri sendiri, "Makan dulu ah biar semangat lagi." Tapi akhirnya makan nasi hangat, lauk favorit, terus ngantuk dan nggak jadi ngapa-ngapain 😅

Nah sekarang ga bisa gitu, karena ada anak yang larang kita. "Umma ayoo main" 

3. Sebagai muslimah, aku ngerasa banget... capek itu bukan cuma soal fisik. Kadang hati juga lelah. Maka jeda itu aku isi juga dengan hal sederhana:

*Sholat kalau pas waktunya, terus dzikir, dan doa. 

*Baca 1-2 ayat Qur’an. 

Jeda yang seperti ini malah sering jadi titik balik semangatku.


Akhirnya aku belajar satu hal:

Jeda itu bukan bentuk kemalasan, tapi bagian dari perjalanan.

Yang terpenting, jangan lupa kembali lagi ke tujuan awal.

Jadi, buat kamu yang sedang merasa butuh istirahat, kasih jeda itu bukan dosa. Tapi pastikan jeda itu bikin kamu lebih kuat untuk jalan lagi 💪


Kalau kamu sendiri, biasanya jeda terbaikmu tuh kayak gimana?


#JournalingDay27





Sabtu, 26 Juli 2025

Aku lebih takut gagal atau takut dilihat orang waktu gagal?




Setelah direnungi dalam-dalam, ternyata jawabannya bukan sekadar "takut gagal".

Yang sering kali lebih menyesakkan adalah takut dilihat orang saat sedang gagal.

Sebagai seorang istri, ibu, dan guru les privat yang masih terus belajar memperbaiki diri, kegagalan itu bukan hal asing. Aku pernah merasa gagal jadi ibu yang sabar. Gagal mengatur waktu dengan baik. Gagal dalam beberapa rencana kecil maupun besar yang sudah aku susun. Tapi yang membuat hati semakin berat adalah… saat semua itu seperti disaksikan orang lain.


Takut dikomentari.

Takut dihakimi.

Takut dianggap nggak mampu.


Padahal, semua yang terjadi sudah dalam takdir Allah.

Dan kegagalan pun bisa jadi wasilah (jalan) untuk lebih mengenal diri, bahkan mengenal Allah lebih dekat.


Terkadang kita lupa, bahwa Allah tidak menilai kita dari hasil yang sempurna, tapi dari usaha dan keikhlasan kita dalam menjemput ridha-Nya. Tapi manusiawi rasanya… ketika kita lebih takut pada penilaian manusia, daripada pada pandangan Allah yang Maha Mengetahui segalanya.


Namun Allah juga mengingatkan:


"Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang beriman."

(QS. Ali Imran: 139)

Kita hanya perlu terus melangkah.

Kalaupun gagal, jangan malu. Karena gagal dalam proses taat lebih mulia daripada berhasil dalam maksiat.


Hari ini aku belajar lagi…

Takut gagal itu wajar. Tapi jangan sampai takut itu menghalangi langkah kita menuju kebaikan. Dan jangan takut dilihat orang saat jatuh, karena yang paling penting adalah bagaimana Allah melihat kita saat berusaha bangkit.


Untuk diriku dan siapa pun yang sedang merasa kecil karena kegagalan:

Tetaplah yakin, karena Allah menilai dari kesungguhan, bukan dari pandangan manusia.




#JournalingDay26


Jumat, 25 Juli 2025

Satu hal yang bikin aku bisa "bangkit lagi" walau lagi capek banget, coba ungkapin!


 Sebagai emak-emak dengan satu anak yang lagi aktif-aktifnya, plus ngajar les privat, plus ngurus rumah... jujur aja, capek itu udah kayak temen sehari-hari. Kadang badan lelah, pikiran penat, belum lagi kalau anak lagi rewel, jadwal les molor, karena anak pengennya serba sendiri kan jadi lama yah. Rasanya pengen banget bilang: “aku capeeeek!”

Tapi alhamdulillah, meskipun kadang lelah luar biasa, selalu ada satu hal yang membuatku bisa bangkit lagi.

Yaitu... karena aku tahu, ada yang butuh aku.


Aku sadar, setiap aktivitas yang kulakukan mengasuh anak, membersihkan rumah, menyiapkan makanan, mengajar anak-anak membaca, semua bisa bernilai ibadah jika diniatkan karena-Nya. Itu yang jadi penguatku saat badan lemas, saat ingin rebahan tapi harus tetap bergerak.


Ada anak kecil yang Allah titipkan padaku, yang butuh kehadiran dan kasih sayangku. Ada suami yang Allah amanahkan, yang butuh didampingi dan dilayani dengan penuh cinta. Ada murid-murid kecil yang datang belajar, dan aku ingin mereka belajar dengan bahagia, bukan sekadar bisa.


Sering kali aku temukan kembali semangat dari tilawah Al-Qur’an, dari nasihat-nasihat ulama...

Bahwa aku tidak sendiri. Ada Allah yang selalu dekat, mendengar, dan menolong.

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (QS. Ath-Thalaq: 2-3)


Ayat ini sering jadi penyemangatku. Karena aku tahu, kalau aku terus berusaha ikhlas dan bertakwa, Allah pasti cukupkan dan bantu aku, bahkan dari arah yang tak pernah aku sangka.


Semoga tulisan ini jadi pengingat kecil, bahwa lelah kita tak sia-sia, selama kita meluruskan niat karena Allah. Yuk terus kuat dan bertumbuh, pelan-pelan tapi istiqamah.



#JournalingDay25



Kamis, 24 Juli 2025

Apa yang sering ganggu proses belajar atau kerja aku?



Kalau ditanya, apa sih yang sering ganggu proses belajarku atau kerjaku?

Jawabannya bisa banyak.

Karena jujur ya, jadi ibu rumah tangga sekaligus ngajar les dan sesekali nulis blog itu gak gampang. Kadang niat hati mau fokus kerja atau belajar sesuatu, tapi kenyataan berkata lain. Hehe.

1. Anak Tiba-tiba Minta Perhatian 

Lagi duduk manis sambut murid les, eh si kecil minta ditemenin main.

Baru mulai baca doa, dia udah manggil,

"Umma... ini kenapa pensilnya patah?"

Kadang bikin senyum, kadang bikin harus berhenti dulu kalau lagi ngajar. Tapi ya begitulah, namanya juga kerja bareng anak 😅


2. Pekerjaan Rumah yang Gak Ada Habisnya 

Baru duduk, teringat cucian, lagi mau nulis, eh liat lantai kayaknya belum disapu, masak belum. Jemuran belum.

Akhirnya otak muter terus mikirin semua yang harus dikerjain. Tulisan pun cuma nyangkut di kepala.


3. Kebiasaan Scroll HP 

Kadang niatnya buka HP buat cari ide tulisan, tapi kebablasan scroll reels, baca chat, buka status.

Ini sering banget kejadian dan aku masih terus belajar buat ngurangin.


4. Overthinking 

Pengen nulis, tapi mikir:

"Ini ada manfaatnya gak sih?"

"Takutnya cuma curhat gak penting."

Padahal niat awal cuma pengen berbagi cerita dan menyimpan kenangan. Tapi kadang overthinking ini justru yang paling nyusahin.


5. Lelah yang Gak Kelihatan 

Kadang capek, tapi maksain tetap produktif.

Padahal badan dan pikiran udah minta istirahat.

Akhirnya kerja gak maksimal, belajar juga gak fokus.

Makanya sekarang aku mulai belajar bilang, "Cukup dulu hari ini."


Gak semua hari produktif.
Gak semua rencana berjalan mulus.
Kadang ada gangguan dari luar, kadang dari diri sendiri.

Tapi aku belajar buat gak terlalu keras sama diri sendiri.
Pelan-pelan, yang penting tetap jalan.

Semoga kalau kamu juga lagi berjuang ngerjain sesuatu dan sering terganggu, kamu tahu bahwa itu hal yang wajar. Kita semua sedang belajar. Gak apa-apa gak sempurna 🌷



#JournalingDay24


Selasa, 22 Juli 2025

Hal tersulit yang bikin kurang fokus menurutku tuh apa?




Kadang aku suka ngerasa, kenapa ya aku gampang banget ke-distract pas lagi ngerjain sesuatu?

Setelah aku pikir-pikir, mungkin jawabannya karena pikiran yang terlalu banyak dan bercabang ke mana-mana.

Lagi nemenin anak belajar, kepikiran cucian. Lagi nulis, keinget belum masak. Lagi beresin rumah, inget tugas HSI. 

Kadang juga gangguannya bukan dari luar, tapi dari dalam pikiran sendiri. Entah overthinking, entah karena kecapean, atau karena terlalu banyak yang pengen dikerjain tapi waktu dan tenaga terbatas.


Faktor lain yang cukup sering mengganggu juga... HP 😅

Niatnya buka buat balas chat penting, eh malah kebablasan scrolling yang nggak penting.


Fokus itu ternyata bukan cuma soal duduk diam dan mengerjakan sesuatu, tapi juga tentang mengendalikan pikiran, memilah prioritas, dan mengikhlaskan yang nggak bisa dikerjain sekarang.

Jadi sekarang mending kerjain satu-satu dulu sampai selesai, lama-lama insyaallah fokus. 

Pelan-pelan, semoga bisa lebih baik.



#JournalingDay23




Senin, 21 Juli 2025

Kalau hari ini ada kelas tentang "manajemen waktu versi aku" isinya apa aja?


 Hari ini aku mau cerita tentang hal yang kelihatannya sepele tapi sebenarnya sangat menentukan: manajemen waktu. Bukan versi buku, bukan versi motivator, tapi versi aku sendiri seorang ibu rumah tangga, guru les privat, dan penulis blog di sela-sela waktu luang.


Karena jujur ya, bagi aku manajemen waktu itu bukan tentang padatnya jadwal, tapi tentang bagaimana caraku menjaga keseimbangan antara peran dan hati.


🌤️ Hari Ideal Versi Aku 

1. Pagi bisa bangun tenang, sholat, nyiapin sarapan sambil ngajak anak ngobrol, bersih-bersih rumah. 

2. Siang ada waktu untuk ngajarin murid dengan fokus, terkadang anak solihah agak sedikit rewel. 

3. Sore bisa istirahat sambil bermain bersama anak, bersama teman-temannya. 

4. Malam bisa nulis, me-time, atau sekadar mengevaluasi hari. 

Tapi tentu, nggak semua hari bisa ideal seperti itu. Dan di situlah aku belajar tentang fleksibilitas.



⏳ Empat Pilar Waktuku 

Setelah aku pikir-pikir, waktu yang aku punya itu terbagi jadi empat pilar utama:

1. Waktu untuk bekerja – mengajar, nulis, nyiapin materi.

2. Waktu untuk keluarga & rumah – nemenin anak, beres-beres, masak.

3. Waktu untuk diri sendiri – ibadah, journaling, baca buku.

4. Waktu untuk evaluasi & perencanaan – biasanya malam hari.


Kalau salah satu pilar ini timpang, biasanya hari-hariku juga ikut goyang. Jadi aku mulai belajar menata waktu berdasarkan pilar ini.


📋 Caraku Mengatur Waktu 

Aku bukan tipe yang jadwalnya kaku. Tapi aku suka pakai metode "Time Blocking" membagi waktu ke dalam blok aktivitas.

Contohnya:

05.30 – 7.00 → masak & beres rumah

07.00 – 08.00 → suapin anak, sambil ajak main

10.00 – 15.00 → les privat

20.00 – 21.00 → nulis blog atau refleksi


Selain itu aku juga pakai prinsip 3 prioritas harian. Nggak banyak-banyak. Yang penting 3 hal utama selesai, itu sudah cukup bikin hati tenang.


🎯 Tips Kecil Tapi Berkesan 

Mulai hari dengan niat & doa. Karena waktu paling berkah adalah yang dimulai dengan kesadaran, dan jangan lupa sholat duha.

Evaluasi malam. Bukan untuk menyalahkan diri, tapi untuk melihat apa yang bisa diperbaiki.

Terima kalau hari ini nggak sempurna. Tapi tetap bisa disyukuri.


📝 Penutup

Manajemen waktu versiku mungkin sederhana, tapi sangat membantuku menjalani hari-hari dengan lebih sadar. Nggak semua bisa aku kontrol, tapi setidaknya aku tahu arahku.


Kalau kamu sedang merasa waktu cepat habis atau nggak cukup, coba deh mulai dengan satu hal kecil: tulis 3 hal penting yang mau kamu selesaikan hari ini. Jangan terlalu ideal, tapi cukup realistis dan penuh niat baik.


Semoga tulisan ini bisa jadi pengingat kecil bahwa kita semua sedang belajar menata waktu versi terbaik kita masing-masing. Semoga Allah mudahkan untuk proses nya. Aamiin yaa rabbal'alamin 🌸




#JournalingDay22



Aku pengen dikenal sebagai orang yang seperti apa sih dibidangku



 🌞 Dalam Bidang Mengajar (Les Privat & Anak-anak): 

1. Pengajar dan ibu yang menyenangkan, semangat dan sabar.

2. "Aku ingin dikenal sebagai guru yang bikin anak-anak suka belajar, bukan takut belajar."

3. Kreatif dan penuh ide seru.

4. "Pengajar yang selalu punya cara baru buat ngajarin hal sulit jadi gampang dan seru."

5. Membimbing dengan hati, bukan sekadar nilai.

6. "Yang penting anak berkembang dan bahagia dulu, nanti nilai ikut naik."


🏡 Dalam Peran sebagai Ibu & Istri: 

1. Ibu yang hadir sepenuh hati, dan lemah lembut. 

2. "Ingin dikenal sebagai ibu yang gak cuma sibuk, tapi juga benar-benar hadir, perhatian dan peka." 

3. Istri yang mendukung dan menenangkan.

4. "Jadi istri yang jadi rumah ternyaman, bukan yang menuntut terus." 

5. Manajer keluarga yang bijak dan bersyukur.

6. "Pinter ngatur rumah, tapi juga gak lupa bersyukur tiap prosesnya." 


✍️ Dalam Dunia Menulis & Blog: 

1. Penulis yang tulisannya membumi, hangat, dan menginspirasi.

2. Yang baca ngerasa ditemenin dan dikuatkan.

3. Penulis jujur dan apa adanya.

4. Tulisan yang gak sok tahu, tapi justru karena jujur jadi relate banget.

5. Aku ingin dikenal lewat tulisan-tulisanku yang bermanfaat bagi para pembaca.



#JournalingDay21



Minggu, 20 Juli 2025

Kalau aku jadi mentor buat orang lain, aku pengen bantu dia dalam hal apa?



Kalau Aku Jadi Mentor…

Aku bukan orang yang merasa paling paham, bukan yang punya banyak ilmu, apalagi paling sabar.Aku juga masih sering salah, masih belajar tiap hari.


Tapi kalau suatu hari Allah takdirkan aku jadi mentor untuk orang lain,

aku pengen bantu dia dalam hal yang selama ini juga aku rasain:

1. Bantu dia untuk nggak malu jadi diri sendiri. 

2. Sebagai muslimah, kadang kita suka ngerasa kurang.

3. Kurang sabar, kurang pintar, kurang produktif, kurang ilmu.

4. Padahal Islam ngajarin kita untuk pelan-pelan, tapi istiqamah.


Aku pengen bilang ke dia:

"Nggak harus sempurna dulu buat mulai."

"Jadi istri, ibu, anak, atau teman… itu semua peran besar yang nggak selalu mudah."

"Dan yang kamu lakuin sekarang, sekecil apapun, tetap berharga di sisi Allah."


Kalau aku jadi mentor, aku nggak pengen ngasih tuntutan.

Aku pengen bantu dia belajar nerima diri, belajar kelola emosi, dan tetap jaga niat biar semua aktivitas jadi ibadah.


Aku pengen jadi tempat yang nyaman buat di

 bertanya dan bercerita,

bukan karena aku lebih hebat, tapi karena aku tahu rasanya cari pegangan saat lelah dan nggak tahu harus cerita ke siapa.


Aku cuma ingin jadi pengingat,

bahwa Allah Maha Melihat setiap usaha kita, yang nggak kelihatan orang lain,

yang kadang cuma berupa air mata di atas sajadah, atau zikir pelan di sela-sela nyuapin anak.


Kalau aku bisa bantu orang lain merasa lebih kuat,lebih yakin sama dirinya, dan lebih dekat sama Allah…

itu cukup buat aku.


Itu yang aku harapkan dari peran "mentor".meskipun aku sendiri masih terus butuh bimbingan-Nya.


Semoga kalau Allah izinkan,

aku bisa jadi sebab kebaikan untuk orang lain, walau lewat hal kecil, dan dengan cara yang sederhana. 🤍




#JournalingDay20

Sabtu, 19 Juli 2025

Gimana cara aku belajar efektif? Teori doang, praktik, atau ngobrol sama orang?



"Gimana sih cara aku belajar yang paling efektif?"

Jawabannya mungkin bukan yang keren-keren… tapi yang realistis dan cocok sama kondisiku sekarang.


Dulu pas masih sekolah, aku suka banget baca teori. Bisa duduk lama, nyimak materi, nyatet, nonton video pembelajaran. Tapi sekarang? Setelah jadi ibu rumah tangga, sambil ngurus anak, rumah, dan les privat... baca teori aja kadang nggak cukup.


Karena sekarang, aku merasa belajar paling efektif itu campuran dari praktik langsung dan ngobrol sama orang lain.


Misalnya:

Pas lagi belajar metode ngajar baru, aku coba langsung terapin ke murid. Gagal? Ya udah. Coba lagi minggu depan. 


Pas belajar soal parenting, aku suka cerita ke teman yang juga punya anak kecil, terus tukar pikiran. Rasanya lebih nyantol di kepala dibanding baca artikel panjang.


Kadang aku juga nulis ulang apa yang aku pahami, dan ternyata itu bikin otakku lebih nyangkut.


Teori tetap penting, tapi kalau cuma dibaca terus disimpan, aku suka lupa.

Makanya sekarang aku lebih suka:

Belajar – Coba langsung – Ceritain ke orang – Ulangi.


Dan satu hal lagi,

belajar itu nggak harus selalu dari buku atau kelas.

Kadang dari obrolan ringan sambil nyuapin anak,

atau dari renungan setelah marah dan nyesel…

itu juga bagian dari proses belajar.


Jadi, buat aku…

Belajar paling efektif itu ketika teori ketemu sama  praktik, dan hati ikut terlibat.


Kalau kamu juga ngerasa belajar nggak secepat orang lain, nggak apa-apa. Karena apapun itu butuh proses yaa 

Yang penting nggak berhenti nyari cara yang cocok buat diri sendiri 💗



#JournalingDay19

Jumat, 18 Juli 2025

Satu hal yang bikin insecure soal skill atau kemampuan diri itu apa?



Kalau jujur ditanya,

"Satu hal yang bikin aku paling insecure soal skill atau kemampuan itu apa?"

Jawabannya adalah:
aku suka merasa nggak cukup pintar atau nggak cukup ‘jago’ dibanding orang lain.

Apalagi di zaman sekarang, ketika buka media sosial isinya orang-orang kreatif, produktif, bisa bikin konten keren, ngajarin anak, rumah rapi, jualan jalan, nulis juga jalan.

Aku suka mikir,
"Aku bisa apa sih? Skill-ku apa yang benar-benar bisa dibanggakan?"

Padahal aku tahu, aku bisa ngajarin anak-anak les dengan sabar, bisa nemenin anak 3 tahun tumbuh dengan cinta, bisa urus rumah tanpa bantuan IRT, bisa nulis walau pelan-pelan. Tapi tetap aja… ada rasa kecil itu di hati.

Setiap orang punya proses dan jalannya masing-masing.

Tapi ya, namanya juga manusia…

Kadang tetap aja muncul rasa nggak cukup, rasa "kecil", apalagi kalau dibandingin sama orang-orang yang kelihatannya udah jauh lebih maju.

Tapi dari rasa insecure itu juga, aku jadi pelan-pelan belajar:
✅ Nggak semua skill harus terlihat hebat di luar
✅ Yang penting aku terus belajar dan nggak berhenti
✅ Pelan-pelan juga termasuk progress
✅ Dan yang utama: Allah lihat niat dan usaha, bukan hasil instan.

Aku masih sering ngerasa minder. Tapi sekarang, aku mencoba berdamai.

Nggak apa-apa belum jago.

Yang penting nggak berhenti belajar.

Karena skill itu nggak muncul dari langit, tapi dari proses yang pelan tapi konsisten.


Kalau kamu juga pernah merasa gitu, peluk dari jauh ya.
Kita mungkin merasa biasa-biasa aja, tapi mungkin di mata anak, suami, atau orang yang kita bantu 
kita luar biasa. 

Semangat bertumbuh duhai para ibu diluar sana peluk jauuh 💗



#JournalingDay18 


Kamis, 17 Juli 2025

topik atau isu apa yang bikin aku penasaran? 





Kalau aku jujur tanpa pencitraan, tanpa sok kuat, jawabannya mungkin ini:


"Gimana sih caranya jadi ibu yang tetap waras, sehat emosinya, tetap bisa kreatif, tanpa harus malu jadi diri sendiri?" 


Aku tuh kadang capek banget.

Tapi juga nggak pengen nyerah.

Pengen tetap punya ruang buat nulis, mikir, belajar hal baru… tapi kenyataannya hari-hari sering keisi sama suara tangisan, tumpukan cucian, jadwal les, dan drama anak 3 tahun yang lagi aktif-aktifnya.


Kadang muncul rasa bersalah:

"Kenapa aku pengen ‘me time’? Kenapa aku pengen sendiri?"

Padahal… katanya ibu itu harus sabar, harus selalu ada buat anak.


Tapi makin aku tahan-tahan perasaan itu,

aku justru jadi meledak, gampang marah, dan ujung-ujungnya nyesel.


Makanya, aku mulai sadar:

Aku harus belajar jujur sama diri sendiri.

Harus berani ngomong ke diri sendiri,

"Ya, aku butuh istirahat."

"Ya, aku juga manusia."


Dan ternyata...

Waktu aku mulai jujur dan kasih ruang buat diri sendiri,

emosiku lebih stabil, dan pikiranku ga overthinking.


Karena ternyata…

kreativitas itu butuh ruang napas.

Butuh hati yang lapang dan pikiran yang nggak terus-terusan dicekoki rasa bersalah.


Jadi, kalau hari ini aku ditanya:

Topik apa yang bikin kamu penasaran?


Aku akan jawab:

Aku penasaran gimana caranya jadi ibu yang tetap jujur, sehat secara emosi, dan tetap bisa berkarya kecil-kecilan dari rumah tanpa harus malu dan merasa nggak cukup.

Bukan berarti aku ga bersyukur atau mengeluh terus ya. Aku yakin segala sesuatu Allah yang takdirkan... 


Kalau kamu juga lagi di fase ini, peluk dari jauh ya.

Kita mungkin nggak sempurna, tapi kita berusaha.

Dan itu udah luar biasa banget 💖



#JournalingDay17


Menurutku lebih penting mana: Jadi cepat atau Jadi konsisten? Why?




Cepat atau Konsisten?


Jujur ya... kalau ditanya lebih penting mana: jadi cepat atau jadi konsisten? Aku akan jawab: konsisten.


Karena kenyataannya, aku ini bukan orang yang cepat-cepat banget. Kadang nulis blog butuh waktu berhari-hari, ngajarin anak juga pelan-pelan banget kadang harus ngulang-ngulang hal yang sama. Bahkan buat beresin rumah aja bisa molor dari rencana karena anak lagi minta ditemenin main, atau tiba-tiba ada tangisan minta susu, gitu aja terus tiap hari 😅


Tapi yang aku pelajari, selama aku terus jalan, walau pelan, itu tetap kemajuan. Tetap ada hasilnya.


Aku nggak bisa janjikan bisa cepat. Tapi aku bisa belajar buat tetap jalan, tetap hadir, dan tetap niat baik.


Bagi aku yang punya anak balita dan kerja dari rumah, konsisten itu udah prestasi besar. Bisa bangun pagi walau semalam begadang, bisa ngajak anak main sambil nyiapin les, bisa nulis walau cuma 1 paragraf sehari — itu semua udah berarti.


Jadi ya, aku pilih konsisten. Karena aku percaya, Allah lebih suka amalan kecil yang terus dilakukan daripada yang besar tapi cuma sesekali.



#JournalingDay16

Senin, 14 Juli 2025

Apa satu keputusan besar yang pengen aku ambil dalam waktu dekat?

Bukan keputusan pindah rumah, resign, atau hal-hal yang kelihatan besar di luar.

Tapi buatku, keputusan buat lebih serius memenej (mengatur) waktu, energi, dan hati itu rasanya udah besar banget.

Ngurus rumah, ngajar, nemenin anak semua penting. 

Nulis blog bikin hati senang, tapi nyicilnya sambil ngantuk atau curi-curi waktu


Aku nggak pengen nyerah dari semua peran itu.

Tapi aku juga nggak mau terus ngerasa kayak dikejar-kejar setiap hari.


Makanya, keputusan besar yang lagi aku pikirin sekarang adalah:

Berani bikin batas. Berani bilang cukup. Dan berani milih ritme yang lebih masuk akal buatku.


Nggak Mau Terus Ngejalanin Hari Cuma Buat Bertahan 

Aku pengen kerja, ngajar, dan nulis tetap jalan… tapi bukan dengan hati yang ngos-ngosan.


Kalau harus mulai dari hal kecil, aku mau.

Kalau harus gagal dulu, ya udah, dicoba lagi.

Yang penting aku tahu: aku mau berubah. Aku mau lebih baik.


Semoga Allah mampukan.

Semoga aku nggak cuma niat, tapi juga bisa jalanin.

Karena aku tahu… yang tahu rasanya jadi aku ya cuma aku sendiri.

Dan aku juga yang paling tahu apa yang benar-benar aku butuhin sekarang.


Kalau kamu juga lagi mikir satu keputusan penting, semangat ya.

Pelan-pelan aja.

Nggak harus drastis.

Yang penting jujur sama diri sendiri, dan tetap melangkah walau pelan 💞




#JournalingDay15


Kalau aku bisa belajar satu hal baru minggu ini, aku pengen coba belajar apa?



Aku Tahu Tulisan Ku Belum Ada Apa-Apanya 


Aku sadar banget, blogku belum seindah punya orang-orang.

Bahasanya masih berantakan.

Tulisannya masih ngalir aja, suka-suka hati.

Kadang isinya cuma cerita harian yang menurutku biasa banget.


Tapi...

setiap kali aku bisa nulis dan posting satu tulisan, rasanya lega.

Seolah aku udah berbagi sebagian isi hati yang tadinya cuma ngendap di kepala.


Aku Nggak Pandai Merangkai Kata, Tapi Aku Pengen Belajar 


Pengen belajar nulis lebih baik.

Pengen lebih teratur, lebih jujur, dan lebih berani.


Berani cerita, walau sederhana.

Berani jujur, walau nggak sempurna.

Dan berani berbagi, walau belum tahu siapa yang akan baca.


Karena dalam hati kecilku, aku pengen...


"Siapa tahu tulisan ini bisa menguatkan hati seseorang di luar sana."


Blog Ini Mungkin Kecil, Tapi Semoga Ada Nilainya 

Kadang nyicil ngetik di notes HP sambil nunggu anak tidur.

Kadang harus milih: istirahat atau nulis.

Tapi aku tetap coba. Karena aku tahu, ini sesuatu yang bikin hatiku senang.


Dan aku percaya,


Segala yang ditulis dengan niat baik, insyaAllah akan sampai ke hati yang tepat.


Mungkin belum banyak yang baca.

Belum banyak yang komentar.

Tapi aku pengen tetap nulis.

Pelan-pelan, sambil belajar.

Dan aku mohon semoga Allah mudahkan langkah ini.


Ya Allah,

mudahkan aku untuk terus menulis dengan hati.

Jadikan tulisanku sarana kebaikan, meski kecil.

Dan kuatkan semangatku, walau kadang merasa tidak percaya diri.


Kalau kamu juga sedang belajar menulis, semangat ya.

Kita mungkin belum "bisa bagus", tapi kita sudah berani memulai. Dan itu… udah langkah yang besar 💛



#JournalingDay14


Sabtu, 12 Juli 2025

Apa sih definisi "produktif" versiku, dan apa yang bikin aku ngerasa cukup?



Sebagai ibu rumah tangga, guru les privat, dan ibu dari satu anak, aku nggak bisa bilang hari-hariku selalu teratur. Kadang rasanya sibuk banget, tapi kalau ditanya “Hari ini produktif nggak?” aku malah bingung jawabnya.


Soalnya, dulu aku nganggep produktif itu harus kelihatan sibuk, banyak yang diselesain, punya hasil yang nyata.

Tapi makin ke sini, apalagi setelah punya anak, definisinya berubah.


Produktif Versiku Sekarang 

1. Bisa masak dan anak makan dengan lahap, walaupun cuma lauk sederhana

2. Bisa nemenin anak main tanpa banyak ngeluh

3. Bisa nyicil nulis blog walau cuma 10 menit

4. Bisa nyuci, nyapu, nyetrika... ya walaupun nggak semuanya sekaligus 😅

Kadang cuma satu-dua hal yang berhasil dikerjain dalam sehari, tapi kalau dikerjain dengan niat dan hati tenang, itu udah cukup banget buat aku.

Rasa Cukup Buatku: 

1. Anakku tidur nyenyak dan sehat

2. Rumah walau berantakan tapi masih terasa hanga

3. Suami pulang kerja dan bisa makan di rumah

4. Les jalan walau cuma beberapa murid

5. Aku bisa istirahat walau sebentar

Dan yang paling penting, bisa tetap dekat sama Allah walaupun sibuk.

Rasa cukup itu datang bukan karena semuanya lancar dan rapi, tapi karena aku belajar terima keadaan dan tetap bersyukur.

Nggak semua hari ideal.

Kadang ada yang rasanya chaos banget.

Tapi pelan-pelan aku belajar, bahwa produktif itu bukan soal seberapa banyak yang aku kerjakan, tapi seberapa ikhlas aku menjalaninya.

Dan cukup itu bukan berarti semua kebutuhan terpenuhi, tapi aku bisa tetap bersyukur dengan apa yang ada.

Semoga besok-besok bisa tetap semangat.

Yang penting, terus jalan. Terus niat baik. Terus belajar jadi ibu dan istri yang lebih sabar. 🤍




#Chaos= kekacauan

#JournalingDay13

Hal yang paling menguras energiku minggu ini tuh apaaa? Coba ceritain.






Yang Paling Nguras Energi Minggu Ini 


Kalau ditanya hal apa yang paling nguras energiku minggu ini...

hmm... jawabannya satu: ngatur emosi dan energi sambil multitasking dari pagi sampai malam 😮‍💨Capek iya, seneng juga ada.


1.  Rumah yang Nggak Pernah Beres Sempurna 

Aku tuh suka banget kalau rumah rapi, tapi minggu ini kayaknya rumah bener-bener chaos.

Beresin mainan, muncul lagi.

Beresin cucian, datang lagi.

Baru duduk sebentar, ada aja yang minta ini-itu.

Tapi alhamdulillah anak yang penting sehat tumbuh kembang sesuai usianya.


2.  Ngadepin Anak yang Lagi Punya "Seribu Tanya"

Anakku lagi masuk fase aktif banget bertanya. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, ada aja pertanyaan yang keluar dari mulutnya. Kadang lucu, kadang bikin aku mikir keras, kadang bikin senyum-senyum sendiri.

Contohnya:

"Kenapa baju Abuy ada daunnya warna merah, Ma? Kenapa nggak warna-warni?"

"Kenapa sleting kasur kita nggak panjang semua?"

"Kenapa ada hujan?"

Dan itu baru sebagian kecil. Banyak lagi yang aku lupa karena saking seringnya.

Yang lucu, waktu aku lagi pipis aja ditanyain.

Lagi masak ditanya.

Lagi mau duduk sebentar buat ngopi pun... ditanya lagi. 😅

Jawabannya harus sabar. Harus logis. Nggak boleh marah.

Padahal kadang akunya juga lagi nggak dalam kondisi ideal buat jawab. Tapi ya... dia anakku. Dia tanya bukan buat ganggu, tapi karena dia penasaran dan pengen tahu.

Dan jujur aja, menjawab semua pertanyaan itu kadang lebih nguras tenaga dari nyuci baju satu ember penuh.


3. Target Pribadi yang Belum Kesampaian 

Baru pegang HP, anak minta temenin.

Baru duduk sebentar, ketiduran.

Akhirnya banyak rencana yang cuma jadi wacana.


Awalnya sempat kecewa.

Tapi sekarang aku belajar buat nerima, bahwa memang ada hari-hari (atau minggu-minggu) yang nggak seproduktif harapan.


Tapi selama masih niat, insyaAllah nanti bisa mulai lagi.

Tapi Alhamdulillah, Aku Masih Bisa Bertahan 

Minggu ini memang nguras energi, tapi aku bersyukur…

Aku masih bisa peluk anakku hangat-hangat, apalagi pas anak lagi tidur trus sambil dibisikkin doa2 dan permohonan maaf. 

Masih bisa nyengir di tengah berantakan.

Masih bisa bilang, "Alhamdulillah, hari ini selesai juga."

Dan kadang, itu udah cukup.

Kalau kamu juga lagi ngerasa capek minggu ini, kita sama.

Sama-sama belajar. Sama-sama berjuang.

Semoga lelah ini Allah catat jadi pahala, dan semoga ada ganti kebaikan yang lebih besar.


Peluk hangat dari sesama emak yang lagi belajar ikhlas dan kuat tiap hari 🤍



#JournalingDay12

Jumat, 11 Juli 2025

Sebut 10 karakter aku yang baik-baik, jelasin...



Bismillah... hari ini aku coba lihat sisi baik diriku sendiri. Siapa tau bisa jadi penyemangat (dan pengingat kalau aku tuh masih ada bagus-bagusnya juga 😄)


1. Penyayang

Sayang sama keluarga tuh no debat. Dari suami sampai anak, dari orang tua sampai… setrika yang udah nemenin bertahun-tahun aku mah setia kalau belum rusak belum ganti 😌


2. Suka mikir dalam hati 

Tipe yang suka mikir abis ngobrol sama anak:

“Kok dia nanya itu ya? Apa pesan Allah di balik ini?”

Padahal kadang cuma nanya, “Umma, Allah punya mata ga?”


3. Bersyukur

Listrik nyala: alhamdulillah.

Air ngalir: alhamdulillah.

Anak ga tantrum: alhamdulillah. 

Sekeluarga sehat: alhamdulillah. 

Anak tidur siang lebih lama dari biasanya: MASYA ALLAH TABARAKALLAH 😍


4. Semangat belajar

Liat ada kata journaling, self healing, atau upgrade diri langsung semangat. Walaupun kadang ending-nya… cuma disimpen draf 😅


5. Sabar (berusaha banget)

Sabar itu PR seumur hidup. Tapi kalau anak lagi nyoret tembok pake lipstik, ya… sabarnya sambil nelen ludah 🤐


6. Tulus berbagi

Aku suka nulis, bukan karena sok pintar. Tapi karena suka cerita. Siapa tau cerita ini jadi manfaat buat orang lain (dan pengingat buat diri sendiri).


7. Pekerja keras (plus multitasking queen)

Bisa ngaduk sayur sambil nyuapin anak, sambil jawab WA, sambil mikir besok masak apa. Super emak multitugas 💪


8. Mandiri

Banyak hal aku urus sendiri. Dari urusan rumah sampe mikirin cara hemat belanja biar masih bisa beli camilan 😂


9. Rendah hati

Karena sadar diri. Ilmu masih cetek, sabar masih naik-turun, tapi bismillah terus pengen jadi lebih baik.


10. Cinta agama

Cita-citaku tuh jadi istri dan ibu yang sholehah, masuk surga sekeluarga. Tapi kadang realitanya masih drama rebutan remote 😅


Nulis ini bukan buat pamer. Tapi buat ngingetin diri sendiri:

Emak-emak kayak aku juga punya sisi baik, meski sering ketutup cucian numpuk 😄



#JournalingDay11

Kamis, 10 Juli 2025

Hal apa yang bikin aku semangat banget kalau lagi ngerjainnya? Dibidang apa aja?





Nggak banyak sih, tapi ada beberapa yang cukup bikin aku bangkit walaupun badan udah lemes atau hati lagi nggak semangat. Ini aku tulis aja biar jadi pengingat diri juga.

1. Nulis, Apalagi Kalau Lagi Ngalir

Entah kenapa ya, kalau lagi nulis tuh rasanya plong. Mau nulis cerita harian, refleksi, atau curhat sambil mikir, semua tuh bikin hati lebih ringan. Kadang cuma nulis satu paragraf, tapi rasanya puas banget. Apalagi kalau tulisanku bisa relate sama orang lain, makin semangat deh.

2. Ngajar Anak Les

Ngajar itu capek sih, tapi aku seneng. Apalagi kalau anak yang aku ajarin bisa ngerti dan enjoy belajarnya. Kadang aku nyiapin bahan sendiri biar belajarnya nggak bosenin. Rasanya seneng aja gitu, ada yang bisa aku bagi, dan semoga jadi ilmu yang bermanfaat.

3. Main dan Ngobrol Sama Anak

Walaupun kadang bikin emosi juga 😅 tapi kalau anak lagi anteng, terus ngobrol sama aku, atau minta ditemenin main, itu bikin hatiku adem. Kadang juga dia suka tanya aneh-aneh yang bikin aku mikir, dan itu bikin hariku jadi beda aja rasanya.

Kadang capek sih, tapi serunya tuh dapet. Rasanya aku sedang membangun ikatan. Bukan cuma ngasuh, tapi bener-bener hadir.

Semangat itu muncul waktu aku sadar, anakku bukan cuma tumbuh… tapi juga berkembang bareng aku.

4. Beres-Beres Sambil Dengerin Sesuatu

Nggak selalu semangat sih, tapi kalau udah niat dan sambil dengerin murottal, atau anak cerita berasa jadi me time. Apalagi kalau udah kelihatan rapi dikit, hati ikutan lega. Walaupun besok berantakan lagi, nggak apa-apa.

5. Nulis Hal-Hal Tentang Hijrah dan Hati

Kadang aku suka nulis tentang pelajaran hidup, tentang iman, atau sekadar pengingat buat diri sendiri. Aku seneng nulis hal-hal yang bisa bikin hati lebih tenang. Nggak harus panjang, tapi cukup buat nyentil diri sendiri supaya terus belajar jadi lebih baik.

Akhirnya aku sadar, hal-hal yang bikin aku semangat itu bukan yang wow atau besar banget. Tapi yang dekat, yang aku suka, dan yang bisa aku jalani dengan hati. Mungkin sesederhana itu memang.

Semoga aku bisa terus ngejalaninnya.
Kalau kamu, apa hal kecil yang bikin kamu semangat akhir-akhir ini?





#journalingDay10


Selasa, 08 Juli 2025

Apa yang pengen aku perbaiki dari cara aku bekerja atau berkarya?





Aku ini ibu rumah tangga, guru les privat, dan kadang nulis blog kalau sempat. Kadang semua terasa campur aduk, waktunya mepet, dan rasanya kayak nggak selesai-selesai. Tapi ya, tetap jalan. Cuma... kayaknya ada yang perlu dibenahi.


1. Terlalu Keras Sama Diri Sendiri 


Kadang aku terlalu maksa. Semua pengen dikerjain dengan rapi, pengen disiplin, pengen produktif. Tapi di sisi lain, badan capek, hati juga butuh istirahat. Aku sering lupa bahwa aku juga butuh waktu buat duduk sebentar, tarik napas, atau sekadar rebahan tanpa rasa bersalah.


2. Perfeksionis Tapi Bikin Mandek 


Aku suka nunda-nunda nulis karena pengen tulisanku bagus. Pengen yang enak dibaca, pengen lengkap. Tapi akhirnya nggak jadi-jadi. Tersimpan di draf, terus dilupain. Padahal ya, kalau nggak dicoba tayang, kapan majunya?


3. Terlalu Banyak yang Dipikirin Sekaligus 


Sambil masak mikirin tugas anak les. Sambil nyuci mikirin ide tulisan. Sambil ngajar mikirin cucian. Hasilnya aku capek sendiri. Ngerasa kayak dikejar-kejar, padahal nggak ada yang maksa.


4. Kurang Mengapresiasi diri sendiri 


Sering ngerasa belum cukup, padahal sudah jauh melangkah.

“Baru bisa nulis segini.”

Padahal: Itu juga kemajuan!

Yang bisa diperbaiki:

Rayakan langkah kecil

Tulis jurnal syukur dan pencapaian harian, sekecil apa pun itu...


Aku sering ngerasa belum cukup. Belum maksimal. Belum bisa seperti orang lain. Tapi kalau dipikir-pikir, aku udah banyak belajar. Aku udah berusaha. Dan itu harusnya cukup untuk dihargai.


Jadi... 


Yang pengen aku perbaiki itu bukan cuma soal teknis, tapi juga soal cara melihat dan memperlakukan diriku sendiri. Belajar santai, tapi tetap jalan. Nggak harus hebat, yang penting terus belajar dan nggak nyerah.


Kalau kamu juga lagi ngerasa kayak gini, kamu nggak sendirian kok. Kita semua sama-sama belajar. Pelan-pelan aja, nggak harus buru-buru. 💛



#SemanngaaaatUntukKamu 

Terimakasih sudah menyempatkan membaca coretan kecil ku. 


Senin, 07 Juli 2025

Pernah nggak sih aku terlalu keras ke diri sendiri atas nama "disiplin"? Jadinya terburu-buru dan nggak enjoy.




Pernah nggak sih, merasa terlalu keras sama diri sendiri atas nama "disiplin"? Aku pernah banget, dan ternyata efeknya lumayan berat. Awalnya niatnya baik: pengen jadi ibu yang teratur, produktif, rumah rapi, anak terurus, dan tetap bisa berkarya. Tapi lama-lama aku sadar, aku malah jadi:


 1. Terburu-buru dari satu aktivitas ke aktivitas lain


 2. Gampang marah kalau ada yang meleset dari rencana


 3. Nggak menikmati momen sederhana yang sebenarnya membahagiakan

Semua serba “harus”:

Harus bangun jam segini, harus nyuci sebelum siang, harus ngajarin anak hari ini, harus masak sendiri, harus disiplin…


Padahal ya… aku ini manusia. Emak-emak biasa. Bukan robot. Ada hari-hari lelah, ada hari-hari bosen, ada hari-hari yang mood-nya naik turun.


Belajar Disiplin dengan Hati 


Akhirnya aku belajar pelan-pelan, bahwa disiplin itu bukan berarti memaksa diri sampai habis-habisan. Disiplin juga bisa dijalani dengan hati yang tenang. Kita tetap jalan, tetap berusaha, tapi tahu kapan harus istirahat.


Karena kalau dijalani dengan terpaksa, yang ada justru:


1. Hasilnya nggak maksimal

2. Hatinya capek

3. Anak pun bisa ikut kena imbasnya


Nggak Apa-Apa Pelan 

Sekarang, aku coba lebih berteman sama waktu. Kalau hari ini belum bisa nyentuh semua target, nggak apa-apa. Yang penting tetap jalan, meskipun pelan. Kadang lebih baik slow but alive daripada cepat tapi kosong dan hampa.


Untuk Emak yang Lagi Capek... 


Kalau kamu juga lagi ngerasa keras banget sama diri sendiri, boleh kok pelan. Boleh kok bilang ke diri sendiri:


“Terima kasih ya, sudah berjuang sejauh ini. Nggak apa-apa kalau nggak sempurna. Aku cukup. Allah tahu usahaku.”


Kita nggak harus jadi ibu yang perfect, cukup jadi ibu yang mau belajar dan terus berusaha. Dengan hati yang tenang dan langkah yang perlahan, insyaAllah kita bisa jadi lebih baik. 🌷



Tiga kebiasaan kecil yang bisa membuat hariku lebih tertata apa saja? Coba jelaskan!



Sebagai emak-emak dengan satu anak yang lagi aktif-aktifnya, rasanya sehari 24 jam itu kadang kurang! Baru beres nyuapin anak, eh rumah udah kayak kapal pecah lagi. Belum lagi urusan masak, dan setumpuk cucian yang nggak ada ujungnya 😅


Tapi alhamdulillah, setelah coba beberapa kebiasaan kecil ini, hari-hariku jadi sedikit lebih tertata dan hati lebih tenang. Nggak mulus setiap hari sih, tapi lumayan banget bantu jaga kewarasan. Ini dia 3 kebiasaan kecil yang mulai aku terapkan:


1. Nyiapin Rencana Harian Sejak Malam Sebelumnya 


Malam hari setelah anak tidur, aku sempetin 5–10 menit buat mikir: "Besok mau ngapain aja, ya?" Aku tulis 3 hal penting yang harus aku selesaikan, misalnya:


*Jemur cucian pagi, biasanya malam nyuci atau bangun lebih pagi jam 3 dini hari. 

*Nyiapin bahan masakan 

*Sekalian juga aku siapin baju anak dan menu sarapan biar pagi nggak terlalu chaos. Lumayan bantu ngurangi drama di pagi hari.


2. Bersih Cepat di Pagi Hari 


Nggak harus rumah kinclong, cukup rapi dan nggak bikin stres. Aku coba kebiasaan sapu kilat + cuci piring maksimal 15 menit. Fokus ke spot yang paling sering dipakai kayak dapur dan ruang tengah.


Biasanya aku pasang timer, biar nggak kebablasan dan tetap bisa lanjut ke aktivitas lain. Kadang anak aku libatin juga, misalnya beresin mainannya sendiri. Selain bantuin, dia juga belajar tanggung jawab.


3. Ngopi Damai atau Dzikir Sebentar 


Me time versi emak-emak itu nggak mewah. Bisa duduk sebentar tanpa diganggu aja udah syukur banget. Aku biasa ambil waktu 10–15 menit buat duduk tenang, ngopi, journaling, atau dzikir ringan.


Kadang sebelum subuh, kadang pas anak tidur siang. Kalau lagi hectic banget, ya udah, me time-nya di kamar mandi aja, sekalian tarik napas panjang 😄


Ternyata yang bikin hari terasa lebih enak itu bukan hal besar, tapi kebiasaan kecil yang dilakukan terus-menerus. Nggak harus sempurna kok, yang penting realistis dan cocok dengan ritme kita sebagai ibu.


Kalau kamu, kebiasaan kecil apa yang paling membantumu sehari-hari? Sharing yuk di kolom komentar 🤍




#JournalingDay7

Minggu, 06 Juli 2025

"Kalau hidupku diibaratkan sebuah proyek, sekarang aku lagi di fase apa? Sampai mana progresku?"



Hidupku, Proyek yang Masih Berjalan 


Kalau hidupku diibaratkan sebuah proyek, mungkin sekarang aku lagi ada di fase penyusunan pondasi. Lagi belajar memperkuat dasar sebagai istri, ibu, guru, sekaligus pribadi yang ingin lebih lembut. 


Kadang semangat tinggi, kadang drop. Kadang konsisten journaling, kadang bolong. Kadang sabar banget sama anak dan suami, kadang meledak kayak kompor gas. Tapi semua itu bagian dari progres, kan?


Aku lagi belajar menikmati prosesnya, bukan cuma ngejar hasil akhirnya. Lagi belajar sabar sama diri sendiri. Lagi belajar bilang, "Gagal nggak apa-apa, coba lagi."

Tapi tetap jalan, walau pelan.

Aku sadar, proyek hidup ini bukan soal seberapa cepat selesai, tapi seberapa kuat arah dan niatnya. Aku ingin proyek ini berakhir dengan ridho Allah. Bukan proyek besar di mata manusia, tapi cukup jadi proyek kecil yang tulus, demi surga, demi cinta, dan demi keikhlasan.


Jadi, kalau hidupku adalah proyek…

Ini belum selesai.

Masih panjang.

Tapi insyaAllah aku nggak sendiri.

Ada suami, anak, keluarga, dan yang terpenting: ada Allah yang selalu mengawasi dan menemani.

Masih banyak yang harus dibenahi, tapi aku percaya... selama masih mau melangkah, Allah akan bantu selesaikan. 




#semangatuntukmanjadilebihkuatlagi

#kamugasendiriadaAllah


Bonus pict tadi pagi: lapangan Al-Andalus Putra. Santai banget suasananya. Adem.

Jumat, 04 Juli 2025

Siapa orang yang aku anggap "produktif"? Apa yang bisa aku pelajari dari dia?




Sebagai emak-emak anak satu, kadang aku ngerasa udah paling sibuk sedunia. Dari bangun pagi sampai malam, selalu aja ada yang harus diberesin. Kadang makan aja sambil ajakin main anak, mandi juga sambil dengerin suara panggilan kecil yang tak pernah absen: “Ummaaaa...”


Tapi di tengah semua kesibukan itu, ada satu sosok yang sering bikin aku mikir ulang tentang arti produktif: suamiku sendiri.


Bukan karena dia punya planner rapi warna-warni, bukan juga karena dia sibuk update story “hari ini ngapain aja”. Tapi justru karena dia jalanin perannya dengan tenang, konsisten, dan penuh tanggung jawab, meski kadang nggak kelihatan di permukaan.


Bapak Produktif, Versi Rumah Tangga 


Bayangin ya... pagi-pagi udah berangkat kerja, pulang kadang malam, tapi masih sempet main sama anak, bantuin beberes rumah, atau sekadar ngingetin aku makan. Kalau aku lagi bilang, “Aku capek...” dia nggak pernah bilang “aku juga”. Padahal jelas-jelas dia lebih capek. Tapi dia selalu jawab:


“Semoga capeknya ikhlas ya... nanti kalau sabar, insyaAllah surga dari pintu mana aja.”


Deg. Langsung diem, mewek dalam hati. Seolah ditembak pakai nasihat berlapis cinta 😭


Yang lebih bikin aku kagum, di tengah sibuknya, dia masih sempatin belajar. Ikut kelas khat Arab, belajar bahasa Inggris, upgrade diri pelan-pelan tapi konsisten.

Dan ada satu kalimat yang hampir selalu dia ucapkan sebelum pergi:

“Jaga Allah dan Rasulullah ya.”


Sederhana banget, tapi dalem. Maksudnya: jaga perintah Allah, jalanin yang benar, dan jangan lupa hidupkan sunnah. Duh, kalimat pamit yang bukan cuma menyentuh hati tapi juga mengingatkan arah hidup.

Pelajaran dari Suami 

Dari dia, aku belajar banyak:


Jadi produktif itu nggak harus rame, yang penting ada hasil dan berkahnya.

Capek boleh, tapi sabar dan niatkan karena Allah. Karena capek dunia nggak sebanding sama capek akhirat.

Upgrade diri penting, walau pelan. Belajar nggak harus nunggu waktu luang, tapi sempatkan di sela kesibukan.

Dan yang paling penting: jaga Allah dan Rasulullah dalam setiap langkah. Karena hidup bukan cuma soal nyelesaiin to-do list, tapi soal nyari ridho Allah.


Aku masih banyak belajar. Tapi Allah kasih aku partner hidup yang bukan cuma bantuin angkat galon, tapi juga angkat semangat dan imanku. Yang produktifnya nggak heboh, tapi bikin rumah terasa lebih tenang dan terarah.


Barakallahu fiik, suamiku. Semoga Allah terus jaga kamu, berkahi waktumu, dan kuatkan kita mendidik anak ini bareng-bareng sampai surga. Aamiin 🤍



#AbuynyaAfnansolihah

#rumahkusurgaku


Apa yang bikin aku ngerasa powerful akhir-akhir ini?


Gimana kabarnya? Semoga sehat, waras, dan tetap kuat ngejalanin hari-hari yang kadang rasanya random banget ya 😅

Aku sendiri? Alhamdulillah… walau tiap hari ada aja ujiannya, mulai dari anak rewel, cucian numpuk, deadline nggak kelar-kelar, tapi entah kenapa, aku ngerasa lebih tenang. Lebih kuat. Lebih... powerful. Tapi bukan karena semuanya lancar, justru karena aku pelan-pelan belajar ngerti arah hidup ini sebenarnya mau kemana.


Jadi ceritanya, 4 hari lalu aku ikut pengajian. Ustadz Firanda Andirja hafidzahullah ngisi kajian tentang "Kiat Meraih Keluarga yang Berkah."

Ada 8 poin yang beliau sampaikan, tapi yang paling nyantol di hati aku itu:


"Bangun keluarga jangan cuma buat happy-happy di dunia, tapi fokusnya harus akhirat. Kalau kita lurus niatnya, insyaAllah semuanya lebih damai."


Beliau juga bilang, kadang anak rewel, rumah nggak tenang, bisa jadi karena dosa-dosa kita sendiri. Kayak sholat sering telat, dzikir pagi-petang bolong, atau udah lama banget nggak sedekah.

Aku langsung diam, nyesek, mikir.

Bener juga ya… Kadang kita fokus beresin luar, tapi lupa beresin dalam.


Akhirnya aku ngobrol bareng suami. Nggak yang lebay sih, tapi cukup buat saling ngingetin. Kita sama-sama pengen lebih serius ngejaga amalan, lebih kompak jaga ibadah, dan lebih sadar kalau tujuan nikah itu bukan cuma biar nggak jomblo, tapi biar bareng-bareng ke surga. 😭


Dan mungkin ini yang bikin aku ngerasa powerful akhir-akhir ini:

Karena aku tahu aku nggak sendirian ngejar akhirat.

Ada pasangan yang juga lagi berusaha, dan ada Allah yang selalu ada.


Semoga kita bisa terus kuat, waras, dan istiqomah.

Kalau pun capek, semoga tetap sadar buat apa kita capek-capek ini ❤️


Journaling Day 4

#pemanisphotowaktudiMetropolitanCileungsi

Skil apa yang pengen banget aku kuasai dalam 6 bulan kedepan?

Bismillah...

Journaling Day 3

Kalau ditanya soal cita-cita, kadang rasanya otak langsung penuh. Banyak banget hal yang pengen aku pelajari, pengen aku kuasai. Tapi setelah aku renungkan, dari pada semuanya dipikirin sekaligus dan ujung-ujungnya gak jalan, aku pengen fokus dulu ke beberapa hal penting buat 6 bulan ke depan.


Dan salah satunya adalah: journaling.


Ternyata journaling bukan sekadar nulis curhat. Buat aku, ini semacam momen ngobrol jujur sama diri sendiri. Kadang lucu, kadang nyesek, kadang juga bikin sadar, “Oh, ternyata aku segalau itu ya…” 😅

Tapi yang jelas, journaling bikin hati lebih ringan, pikiran gak seimpulsif dulu, dan aku bisa lebih tenang menghadapi hari-hari yang padat.


Nah, dari proses menulis itu, aku mulai sadar... aku pengen upgrade diri. Pengen jadi versi diriku yang lebih mindful, lebih produktif, tapi tetap waras. Maka lahirlah 5 skill utama yang ingin banget aku kuasai dalam 6 bulan ke depan:


1. Produktif Tanpa Burnout 


Sebagai guru, istri, ibu, dan manusia biasa, kadang tuntutan rasanya kayak gak ada habisnya. Aku pengen belajar mengatur energi, waktu, dan fokus, supaya tetap produktif tanpa harus tumbang. Lebih teratur, tapi gak kaku.


2. Bahasa Inggris Aktif dan Pasif 


Gak mau lagi stuck di “how are you, I’m fine thank you”. Aku pengen bisa ngobrol santai pakai bahasa Inggris, nonton tanpa subtitle, atau bahkan nulis blog dalam versi bilingual. Bukan buat gaya-gayaan, tapi biar bisa buka lebih banyak peluang belajar dan berbagi.


3. Aktif Nulis di Blog 


Ini juga salah satu bentuk journaling yang pengen aku tekuni. Biar bukan cuma jadi kenangan pribadi, tapi siapa tahu bisa jadi manfaat buat orang lain juga. Aku pengen konsisten nulis hal-hal ringan, inspiratif, bahkan receh pun gapapa, yang penting jujur dan dari hati.


4. Parenting Sunnah dan Psikologi Anak 


Sebagai orang tua, aku sadar anak-anak bukan cuma butuh makan, baju, dan sekolah. Tapi juga butuh didengar, dipahami, dan dibimbing. Aku gak mau jadi orang tua yang asal ngomel, cuma karena belum berdamai sama diri sendiri. Jadi ini PR penting: belajar parenting sunnah, pahami psikologi anak, dan juga sembuhkan inner child-ku sendiri.


5. Perdalam Tajwid dan Tahsin Al-Qur’an 


Karena ini bekal utama. Karena Al-Qur’an bukan cuma untuk dibaca saat sedih, tapi untuk dijadikan panduan hidup. Aku pengen bisa baca dengan benar, ngajarin anak dengan ilmu, dan merasakan ketenangan dari setiap ayatnya.


Itu dulu 5 skill yang pengen aku fokusin. Yang lainnya nyusul, insyaAllah pelan-pelan aja.

Semoga Allah mudahkan semua niat baik ini. Dan semoga bisa jadi pengingat buat aku sendiri kalau semangat mulai kendor. Aamiin. 🤍


Kalau kamu, skill apa yang pengen banget kamu kuasai 6 bulan ke depan?

Silahkan tulis dikolom komentar 💖










Rabu, 02 Juli 2025

Ujian Kesabaran di Tengah Rasa Ingin Tahu Si Kecil

 






MasyaAllah, Ujian Kesabaran di Tengah Rasa Ingin Tahu Si Kecil


Hari ini adalah salah satu hari yang benar-benar menguji kesabaran. Sebagai ibu sekaligus guru, aku sadar bahwa menjawab pertanyaan anak adalah bagian dari tanggung jawab, bahkan bisa jadi pintu untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan.


Di tempat les, seperti biasa, aku sedang mengoreksi tulisan anak didik. Tiba-tiba, Afnan, anakku, mulai bertanya:


“Umma, kenapa pipi Kak Ayush hitam?”


Belum sempat aku jawab, dia ulang lagi dengan penuh rasa ingin tahu:


“Ummaaa, kenapa pipi Kak Ayush hitam?”


Sambil tetap fokus pada penilaian tulisan Kak Ayush, aku jawab pelan:


“Iya sayang, tunggu ya, Umma lagi koreksi tulisan Kak Ayush dulu.”


Afnan pun terdiam, tapi dari ekspresinya, aku tahu dia penasaran banget.


Setelah selesai, aku mulai menjelaskan:


“Kak Ayush itu berasal dari Sudan, bukan dari Indonesia. Jadi warna kulitnya memang lebih gelap. Allah yang menciptakan manusia dengan berbagai warna kulit. Ada yang putih, sawo matang, cokelat, atau hitam. Semuanya ciptaan Allah dan semua indah.”


Aku sengaja selipkan unsur tauhid, agar ia memahami bahwa kita tidak memilih bagaimana kita diciptakan, tapi kita bisa belajar menerima dan menghargai ciptaan Allah.


Aku lanjut menjelaskan:


“Di Sudan, cuacanya panas banget, beda sama di Indonesia yang lebih sejuk. Makanya kulit orang-orang di sana lebih gelap, karena terbiasa hidup di tempat yang lebih panas.”


Setelah aku tanya, “Afnan paham?”

Dia jawab, “Paham, Umma.”

Tapi yaa… biasanya pertanyaan lain muncul lagi 😂


Benar saja. Lalu dia bilang:


“Aku pengen pergi ke Makkah naik pesawat sama Umma, Abuy, Nenek, Kakek, Mang Ria, Mang Mul, Bi Aca, dan Mang Aden.”


Aku tersenyum, lalu jawab lembut:


“Iya sayang, insyaAllah nanti kita bisa ke sana. Kita doa dulu sama Allah, minta rezeki dan hati yang kuat, biar kita bisa umrah atau haji sekeluarga. Aamiin.”


Hari ini aku belajar, bahwa kesabaran bukan hanya soal menahan emosi, tapi juga tentang memanfaatkan momen sederhana menjadi pelajaran besar bagi anak. Pertanyaan polos si kecil bisa jadi jembatan untuk mengenalkan tauhid, perbedaan, dan harapan besar dalam doa.


#IbuMenjawabPertanyaanAnak

#Ibukuharustau 

#Tauhid 

Aku tuh sebenarnya lebih suka proses atau hasil sih? Kenapa?





📝 Journaling Day 2: Lebih Suka Proses atau Hasil?


Tadi malam aku sudah sempat menulis sebagian journaling ini. Tapi qadarullah, tiba-tiba muncul iklan, mati lampu, dan jaringan pun hilang seketika… seolah ditelan bumi Jonggol 😅


Kali ini, aku ingin merenungi tantangan Day 2:

"Aku tuh sebenarnya lebih suka proses atau hasil sih? Kenapa?"


Menurutku, proses dan hasil itu punya hubungan yang sangat kuat. Ketika aku memilih untuk fokus pada proses, aku merasa puas karena tahu bahwa aku sudah berusaha dan berikhtiar habis-habisan. Dalam proses itu aku belajar untuk bersabar, mencoba lagi, dan terus merefleksikan langkah-langkahku.


Kadang memang muncul rasa kecewa ketika hasilnya tidak sesuai harapan. Tapi dari situ aku belajar bahwa…


“Proses tidak akan mengkhianati hasil akhir”

sering banget kita dengar, tapi aku pribadi… kurang setuju.


Karena sebenarnya, hasil itu bukan sepenuhnya hasil dari proses kita, melainkan ketetapan dari Allah. Kita tidak boleh sombong dengan proses yang sudah kita lakukan, karena hasil yang tampak "tidak sesuai" itu bisa jadi adalah ujian dari Allah, untuk melihat apakah kita bisa sabar dan tetap yakin kepada-Nya.

Intinya, sebagai manusia, tugas kita hanyalah berproses sebaik-baiknya. Soal hasil entah itu sesuai harapan atau tidak, itu mutlak hak Allah untuk menentukan. Dan hasil dari-Nya, pasti yang terbaik.


Terima kasih banyak untuk Ukhti Farida 💞 yang sudah membuka ruang journaling ini. Melalui proses ini, aku merasa lebih mengenal diri sendiri, dan yang paling penting: hati ini jadi punya tempat untuk bercerita dan tenang.


Photo pemanis solihahnya umma 💖

#Nulis bareng

#JournalingHarian

Selasa, 01 Juli 2025

Mau Baca Buku Apa Bulan Ini?


📓 Journaling Day 1: Mau Baca Buku Apa Bulan Ini?

Hai, bulan lalu sempat ikut journaling tapi qadarullah hanya bertahan beberapa hari. Ada satu dan lain hal, sok sibuk juga sih 😅 Tapi alhamdulillah… bulan ini Bismillah ingin mulai lagi dengan semangat baru:



Edisi Produktif dan Upgrade Diri

Untuk tantangan hari pertama, aku memilih membaca buku karya Motivator Nasrullah: Rahasia Magnet Rezeki.
Buku ini bukan cuma tentang rezeki materi, tapi tentang mindset positif, keikhlasan, ikhtiar tanpa henti, dan tentu… percaya penuh pada pertolongan Allah.
Setiap halamannya tuh kayak suntikan semangat mood booster saat mulai lelah berjuang dan pengingat bahwa rezeki itu luas, bukan cuma uang. Tapi juga waktu, sehat, tenang, teman baik, dan kesempatan berbenah diri.

Semoga Allah mudahkan setiap langkah kecil kita yang ingin terus memperbaiki diri.
Aamiin yaa Rabbal'alamiin 🤍


#MembacaMenambahWawasan

#SukaMembaca

#Sehari1Buku

#JournalingDay1