Sabtu, 26 Juli 2025

Aku lebih takut gagal atau takut dilihat orang waktu gagal?




Setelah direnungi dalam-dalam, ternyata jawabannya bukan sekadar "takut gagal".

Yang sering kali lebih menyesakkan adalah takut dilihat orang saat sedang gagal.

Sebagai seorang istri, ibu, dan guru les privat yang masih terus belajar memperbaiki diri, kegagalan itu bukan hal asing. Aku pernah merasa gagal jadi ibu yang sabar. Gagal mengatur waktu dengan baik. Gagal dalam beberapa rencana kecil maupun besar yang sudah aku susun. Tapi yang membuat hati semakin berat adalah… saat semua itu seperti disaksikan orang lain.


Takut dikomentari.

Takut dihakimi.

Takut dianggap nggak mampu.


Padahal, semua yang terjadi sudah dalam takdir Allah.

Dan kegagalan pun bisa jadi wasilah (jalan) untuk lebih mengenal diri, bahkan mengenal Allah lebih dekat.


Terkadang kita lupa, bahwa Allah tidak menilai kita dari hasil yang sempurna, tapi dari usaha dan keikhlasan kita dalam menjemput ridha-Nya. Tapi manusiawi rasanya… ketika kita lebih takut pada penilaian manusia, daripada pada pandangan Allah yang Maha Mengetahui segalanya.


Namun Allah juga mengingatkan:


"Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, padahal kamu paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang beriman."

(QS. Ali Imran: 139)

Kita hanya perlu terus melangkah.

Kalaupun gagal, jangan malu. Karena gagal dalam proses taat lebih mulia daripada berhasil dalam maksiat.


Hari ini aku belajar lagi…

Takut gagal itu wajar. Tapi jangan sampai takut itu menghalangi langkah kita menuju kebaikan. Dan jangan takut dilihat orang saat jatuh, karena yang paling penting adalah bagaimana Allah melihat kita saat berusaha bangkit.


Untuk diriku dan siapa pun yang sedang merasa kecil karena kegagalan:

Tetaplah yakin, karena Allah menilai dari kesungguhan, bukan dari pandangan manusia.




#JournalingDay26


Tidak ada komentar:

Posting Komentar