Rabu, 11 Juni 2025

Apa aja 9 hal yang aku syukuri hari ini?

 


1. Bersyukur masih diberikan kesehatan jasmani, rohani dan mental alhamdulillah ya Allah. Dan makan rendang dari ibu MaasyaAllah sangat bersyukur 

2. Dapet ucapan “makasih ya, Umma” dari anak atau suami :  Walau 3 kata, tapi efeknya kayak vitamin jiwa. Auto recharge.

3. Bisa ngajakin anak mandi tanpa drama, makan rendang buatan mamak yang tiada tandingannya 

4. Bisa tidur siang, walaupun hanya beberapa menit saja alhamdulillah bersyukur banget 

5. Masih punya energi buat ngurus rumah, walau ngantuk dan capek, tapi tetap bisa nyapu, masak, beresin cucian (meski nggak semuanya kelar).

6. Dapet support dari pasangan, teman, atau keluarga, sekadar tanya kabar atau bantuin jagain anak sebentar.

7. Nggak marah berlebihan hari ini, bisa lebih sabar atau menahan emosi itu kemenangan besar buat emak.

8. Alhamdulillah bisa sholat tepat waktu

9. Masih waras. Masih sayang keluarga. Masih hidup : Capek, iya. Tapi tetap bersyukur. Karena di balik ribetnya dunia emak-emak, ada cinta luar biasa (dan segunung cucian) haha.


#Day9JournalingChallange 


Selasa, 10 Juni 2025

Hal kecil apa yang aku pengen biasakan di bulan ini?





🎯 Fokus Bulan Juni: "Lebih Sehat dan Disiplin, Tanpa stres"


πŸ’ͺ Kesehatan Fisik

1. Olahraga rutin 3-4x seminggu (bisa jalan kaki, yoga, dll.)

2. Minum air putih minimal 2 liter per hari

3. Tidur sebelum jam 11 malam

4. Kurangi konsumsi gula atau gorengan

🧠 Kesehatan Mental & Emosional 

1. Menulis jurnal harian (untuk refleksi dan melepas stres)

2. Puasa sunnah senin dan kamis 

3. Latihan bersyukur: tulis 3 hal yang kamu syukuri tiap malam

🎯 Produktivitas & Pengembangan Diri 

1. Baca buku sendiri dan membacakan buku anak 15-30 menit setiap hari

2. Bangun lebih pagi 30 menit untuk "me time"

3. Belajar skill baru (desain, bahasa, coding, dll.) minimal 3x seminggu

4. Bikin to-do list tiap pagi & evaluasi di malam

πŸ’¬ Hubungan & Spiritualitas 

1. Sapa keluarga/teman minimal 1x sehari

2. Berdoa atau refleksi spiritual setiap pagi/malam

3. Sedekah atau kebaikan kecil setiap minggu

4. Kurangi jajan diluar dan belanja yang sekiranya tidak dibutuhkan 

5. Memberikan uang bulanan untuk orang tua dan mertua 


#Day8JournalingChallange

Sabtu, 07 Juni 2025

Versi diriku yang pengen aku bangun di bulan Juni ini kayak gimana? Coba jelasin...








Penuh Kesabaran & Penerimaam,  ingin menjadi ibu yang sabar dan bisa menerima segala takdir dari Allah dengan lapang dada, termasuk ujian dan bentuk rezeki yang datang dalam rupa yang mungkin tidak selalu menyenangkan. Aku ingin menumbuhkan kembali rasa syukur yang sempat pudar.


Lebih Terkoneksi dengan Allah, Aku merasa bahwa bulan Mei membuatku sedikit jauh, dan kini aku menyadari bahwa Allah sedang merindukanku kembali. Aku ingin memperkuat hubungan spiritualku, lebih banyak kembali, lebih banyak berserah.


Bangga dengan diri sendiri, Tidak Membandingkan. Aku ingin menghargai diriku apa adanya, berhenti membandingkan hidupku dengan orang lain, dan benar-benar mengimani bahwa setiap orang punya takaran rezeki masing-masing dari Allah. Aku belajar untuk melihat pencapaianku dengan bangga, bukan malu.


🚫 Berani Berkata “Tidak”. Aku ingin menjadi pribadi yang tidak selalu merasa “tidak enakan”, dan mulai bisa menegaskan batas. Aku tahu bahwa menjaga diri sendiri juga penting, dan berkata "tidak" bukan berarti egois, tapi bentuk kasih sayang terhadap diri.


πŸ’­ Ambivert yang Seimbang. Sebagai seseorang yang ambivert, kamu suka menyenangkan orang lain. Tapi sekarang aku sedang belajar agar tidak mengorbankan diriku sendiri. Aku ingin mengurangi overthinking dengan lebih sadar akan kebutuhan dan perasaanku sendiri.


πŸ•Š Dewasa dalam Rumah Tangga. Aku ingin menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam menjalani peran sebagai istri dan ibu, lebih tenang, lebih lembut, dan memilih untuk memaafkan daripada menyimpan sesak.


🌸 Versi diriku di bulan Juni ini adalah... 

Seorang perempuan kuat yang tidak ingin terlihat sempurna, tapi ingin hidup penuh makna. Yang tahu kapan harus bertahan, kapan harus mengalah, dan kapan harus merawat dirinya sendiri. Seorang istri dan ibu yang belajar tumbuh bersama waktu, dengan sabar, syukur, dan cinta.


ALHAMDULILLAH UCAP SYUKUR KU KEPADA ALLAH πŸ’ž

#Day7JournalingChallange

Jumat, 06 Juni 2025

Hari ini Juni resmi dimulai! Apa harapan ku?

 




Harapanku di bulan Juni ini, aku bisa lebih berusaha menjadi seorang ibu yang diberi kesabaran dalam menerima takdir yang telah Allah tetapkan. Aku ingin kembali menumbuhkan rasa syukur, yang mungkin sempat lalai selama bulan Mei. Mungkin ini cara Allah memanggilku untuk kembali, agar aku mampu menerima setiap untaian ujian dan rezeki yang datang.


Aku bangga pada diriku. Alhamdulillah, aku dipertemukan dengan partner hidup yang satu frekuensi  yang Allah hadirkan agar aku tumbuh, agar aku berhenti menjadi pribadi yang selalu merasa tidak enakan, dan berhenti membandingkan hidupku dengan orang lain. Karena aku sadar, setiap orang punya takaran rezekinya masing-masing dari Allah.


Aku juga sedang belajar untuk lebih berani berkata "tidak", daripada terus dihantui rasa bersalah yang tidak perlu.


Allah yang menjadikanku sekuat ini. Aku seorang ambivert, yang senang menyenangkan orang lain, tapi kadang melupakan diri sendiri. Kadang, itu menjadi beban. Kadang, itu membuatku overthinking.


Tapi aku ingin lebih dewasa dalam mengayomi bahtera rumah tangga. Aku ingin lebih memilih untuk memaafkan, dari pada membiarkan sesak tinggal di dada.


Aamiin yaa Rabbal’alamin 🀍

Kalimatmu penuh harap dan semangat yang indah. Jika kamu ingin, berikut ini versi yang bisa jadi penutup dari tulisanmu sebelumnya—lebih puitis dan menyatu dengan nuansa reflektifnya:


Terus berbenah setiap harinya,

Belajar dari hari kemarin tanpa terus menyalahkan diri. 

Menjadi manusia yang beruntung, bukan karena segalanya mudah,

Tapi karena hatinya terus dilatih untuk sabar, ikhlas, dan bersyukur.


Aamiin yaa Rabbal’alamin. πŸ’ž


#Day6JounalingChallange


Kamis, 05 Juni 2025

Ya Allah ini doa doa ku di hari Arafah




https://www.pexels.com/id-id/pencarian/mekah/




Doa di Hari Arafah

Ya Allah, di hari Arafah yang mulia ini…

Kami memohon kepada-Mu untuk diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah, dimasukkan ke dalam surga Firdaus yang tertinggi, dan dimudahkan segala urusan kami, baik di dunia maupun di akhirat.

Ya Allah, karuniakanlah kepada kami keturunan yang shalih dan shalihah, yang senantiasa diridhai oleh-Mu, menjadi penyejuk hati, hafiz dan hafizah Al-Qur’an, mutqin dalam hafalan, rendah hati, tidak sombong, serta mengamalkan ilmu yang dimiliki.

Limpahkanlah kepada kami rezeki, baik yang bersifat materi maupun non-materi. Jadikan kami hamba yang sabar, taat, dan ikhlas. Lancarkanlah setiap langkah kami, dan berkahilah setiap kegiatan kami dengan ridha-Mu.

Izinkan kami bisa berbagi rezeki setiap bulan kepada kedua orang tua dan mertua. Jauhkan kami dari siksa kubur, fitnah manusia, khususnya dari orang-orang yang tidak menyukai kami dan rumah tangga kami.

Ya Allah, jadikanlah kami orang tua yang sabar dan ikhlas, senantiasa bersyukur atas setiap nikmat-Mu. Hindarkan kami dari sifat iri hati dan dengki. Berikan kepada kami menantu yang shalih/shalihah, rendah hati, dermawan, dan sukses dunia akhirat.

Berikan pula kepada kami kesuksesan untuk menjadi donatur sedekah bulanan, dapat berkurban setiap tahun, dan memiliki usaha travel umroh dan haji, agar kami dapat berangkat bersama keluarga dan memberangkatkan orang lain ke Tanah Suci.

Ya Allah, jadikanlah kami hamba yang taat dan patuh kepada-Mu, bertakwa, tawakal, dan jauhkanlah kami dari rasa malas.


🀍 Ampunilah segala dosa kami, ya Allah…
Baik yang sengaja maupun tidak disengaja, yang tampak maupun tersembunyi… πŸ˜”πŸ™
Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allahumma shalli ‘ala nabiyyina Muhammad. ο·Ί

✨ Aamiin yaa Rabbal 'Alamin ✨
Semoga Allah kabulkan semua doa dan harapan ini.



#Day5JuornalingChallange

Kalau bisa ngulang momen dibulan mei, aku ngulang yang mana? WHY?

 



Kalau bisa muter waktu sebulan ke belakang, rasanya… aduh, nggak pengen lagi deh ngerasain sedih kayak waktu itu. Sekali aja cukup. Tapi kadang jadi ngerasa egois juga—masa iya cuma mau seneng-seneng terus? Padahal hidup kan emang penuh rasa: ada pahit, ada manis. Dan di balik kesedihan itu, ternyata Allah kasih banyak kebahagiaan juga. Salah satunya: Afnan, anak umma yang luar biasa.

MasyaAllah Tabarakallah, Afnan sekarang lagi di fase penuh rasa ingin tahu. Nanya ini itu, bikin umma mikir keras tapi juga terharu.

Contohnya nih:

  1. “Umma, Allah punya mata nggak sih?”

  2. “Kalau umma sama Abuy meninggal, Neng sendirian dong? Nggak ada temen?”

  3. “Kok kulit orang Sudan beda ya, lebih gelap? Kita beda ya sama mereka?”

  4. Bisa ngayal & bikin cerita dari buku yang gambarnya dia suka. Imajinasi level bocah surga!

Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan polos tapi dalam yang bikin umma senyum sendiri—kadang juga sambil mewek, hehe.

Umma bersyukur banget masih Allah izinkan buat nemenin Afnan tumbuh dan berkembang. Doanya semoga Allah terus kasih umma sabar, ikhlas, sehat, rezeki yang berkah, dan hati yang lapang buat terus dampingi Afnan jadi anak solehah, cerdas, dan penuh kasih.

Dan buat Abuy tercinta—makasih ya, udah selalu sabar, support, dan jadi partner terbaik dalam membesarkan Afnan. Semoga Allah jaga cinta kita, lancarkan rezeki kita, dan jadikan keluarga kecil ini sakinah, mawaddah, wa rahmah. Aamiin yaa Rabb. πŸ’ž


#Day4JournalingChallange

Selasa, 03 Juni 2025

Gimana perasaanku hari ini, aman sentosa?



Hari ini perasaanku campur aduk...

Ada bahagia, tapi juga terselip sedih.

Aku sudah berusaha bersikap baik, tersenyum, dan ramah… tapi tetap saja diabaikan.

Rasanya? Sakit.

Apalagi badan juga sedang kurang fit, kepala pusing karena sedang puasa tapi kurang minum.


Tapi qadarullah, aku belajar untuk tetap tenang, cuek dalam batas sewajarnya, dan ikhlas. Mungkin orang yang mengabaikanku sedang banyak hal yang dipikirkan.

Dari pada larut dalam rasa sedih, aku memilih untuk menguatkan hati.

Karena aku percaya, Allah selalu tahu isi hati hamba-Nya.


Alhamdulillah...

Allah tidak membiarkanku sendirian.

Ada anakku yang selalu hadir dengan senyum dan tingkah lucunya. Dia adalah pelipur lara, penyejuk hati yang Allah titipkan padaku. Masyaa Allah… betapa beruntungnya aku. πŸ₯ΊπŸ’ž

Sedihku perlahan sembuh karena kehadirannya.


Dan aku kembali mengingat janji Allah:

“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)

Kalimat itu menguatkanku.


Semangat terus, wahai diriku...

Bertahanlah.

Karena bukan kekuatanku yang membuatku tegar, tapi Allah-lah yang memampukanku.

Terus bersyukur, terus introspeksi diri, terus berbuat baik...

Meskipun kadang tidak dihargai, atau bahkan dicuekin.

Karena kebaikan itu urusan antara aku dan Allah, bukan tentang respon orang lain.


Alhamdulillah ya Allah, Engkau masih menjagaku dalam iman dan sabar. 🌿


#Day3JournalingChallenge

Senin, 02 Juni 2025

Hal apa yang paling berkesan di bulan kemarin?



Bulan Mei kemarin rasanya seperti sesak di dada…

Antara ingin pasrah, tapi hampir juga menyerah.

It was one of those moments when everything felt heavy.


Tapi Alhamdulillah, perasaan itu hanya singgah sebentar. Allah kasih penghibur luar biasa lewat anakku tersayang. Di usianya yang baru 3 tahun, dia sudah bisa menghafal surat An-Naas dan Al-Falaq. πŸ₯Ή

Masyaa Allah, tabarakallah...

Umma’s heart melted instantly.


Umma berdoa, semoga kamu jadi anak sholehah,  hafizh Qur’an yang mutqin, dan bisa mengamalkan ilmunya dengan penuh kasih sayang. Bermanfaat untuk umat, jadi penyejuk hati dan cahaya di dunia hingga akhirat. Aamiin. 🀍


Cerita di bulan Mei bukan cuma tentang sedih. Ada juga sisi lucunya. Ipar tiba-tiba kasih kabar mau wisuda, dadakan banget! Jadi kami datang tanpa bawa bingkisan apa-apa. Tapi ya udahlah… yang penting silaturahmi tetap jalan.

Sometimes, plans don’t go our way, and that’s okay. Karena apa?

Allah yang Maha Mengatur. Kita hanya bisa merencanakan, tapi keputusan akhir tetap milik Allah.


Terima kasih ya Allah...

Atas setiap ujian dan pelajaran hidup yang Engkau titipkan. Aku sadar, semua ini agar aku lebih banyak bersyukur, lebih peka sama hal kecil, dan tidak mudah lalai hanya karena dunia.


Dear diri,

Keep going, keep growing. Jangan menyerah. Jangan berhenti.

Karena setiap hari adalah kesempatan baru untuk jadi versi terbaik dari diri sendiri.


Bismillah, let’s continue this journey dengan iman, sabar, dan syukur. 🌿✨


#Day2JournalingChallange

Gimana perasaanku setelah melewati bulan Mei?




Refleksi Setelah Melewati Bulan Mei


Melewati bulan Mei rasanya seperti mendaki Gunung Everest, terjal, dingin, dan penuh perjuangan yang menguras tenaga dan emosi. But Alhamdulillah, aku bisa sampai di “puncaknya” dengan penuh syukur, senyuman, dan harapan baru untuk bulan berikutnya.


Aku sempat merasakan kesedihan yang datang bertubi-tubi, tapi aku percaya bahwa setiap sujudku adalah tempat curhat paling jujur. Di hadapan Allah, aku bisa menangis sepuasnya, mengadu tanpa perlu takut dihakimi. Karena memang, aku bukan tipe orang yang mudah percaya atau mudah cerita ke sembarang orang. Satu-satunya tempat curhat selain Allah adalah ibuku, teman sejati sepanjang hayat. ❤️


Dan hari ini, aku ingin bilang "Thank you, ya Allah"... karena Engkau masih mampukan aku menjalani peranku sebagai seorang istri, ibu, dan wanita yang juga bekerja. Mengurus rumah, anak, urusan domestik all with just me and my husband. It’s not easy, tapi ternyata... I made it this far. πŸ₯Ή


Aku bangga dengan diriku. Aku tahu ini semua bukan karena kekuatanku sendiri, tapi karena pertolongan Allah yang tak pernah putus. Aku selalu ingat firman-Nya: “Laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha” Allah tidak membebani hamba-Nya melebihi kemampuan mereka. Dan aku percaya itu sepenuh hati.


Hari ini aku belajar banyak. Tentang sabar. Tentang syukur. Tentang menjadi kuat dalam diam. Tentang tidak menyerah ketika rasanya ingin berhenti.


Terima kasih untuk diriku sendiri—karena sudah bertahan sejauh ini. Dengan izin Allah, aku masih sehat wal'afiat, masih bisa senyum, dan masih bisa menjadi versi terbaik untuk suamiku dan anakku yang setiap hari menjadi madrasah dan sumber semangat terbesar dalam hidupku.


Bismillah, Juni... I'm ready. πŸŒ™πŸŒΏ


#Day1JournalingChallange

Kamis, 22 Mei 2025

Cerita Sore Ini: Tentang Pipis, Colekan, dan Pertanyaan Besar dari Si Sholihah







Tadi sore, sepulang dari les AHE, sesampainya di rumah, si kecil langsung minta pipis. Setelah itu, dengan tangan dan jari mungilnya, dia mulai "menggoda" ummanya: colek-colek bibir dan mata, bagian wajah yang flat nose ini, haha!


Aku refleks bilang,

"Afnan, umma sakit dicolok."

Dia langsung tersenyum manis dan menjawab,

"Maafin Neng, Umma. Neng bercanda,"

dengan ekspresi polos dan senyum renyah yang meluluhkan hati.


Beberapa menit kemudian, saat masuk kamar mandi, dia tiba-tiba bertanya:

"Umma, Allah itu punya mata nggak? Sama kayak Neng?"

Aku terdiam sejenak. Pertanyaan besar dari mulut kecil itu membuatku menarik napas dalam-dalam. MaasyaAllah... hatiku hangat. Anak kecilku mulai penasaran tentang Sang Penciptanya.


Setelah dia keluar dari kamar mandi, aku menjawab pelan-pelan dengan bahasa yang bisa ia pahami:

"Allah itu Maha Besar dan tidak sama seperti makhluk-Nya. Allah nggak punya bentuk seperti kita. Jadi Allah nggak punya mata seperti kita, tapi Allah bisa melihat semua hal di dunia ini dengan penuh kasih sayang."


Aku menambahkan,

"Allah itu sangat hebat. Dia bisa lihat semuanya, bahkan yang sembunyi-sembunyi, tanpa harus punya mata seperti kita."


Untuk membantunya lebih mengerti, aku beri contoh:

"Coba lihat angin, Neng bisa lihat angin?"

"Nggak..."

"Tapi Neng bisa rasain angin, kan? Nah, Allah itu bisa melihat semua yang kita lakukan, meski kita nggak bisa lihat Allah."


Bahkan saat Neng tidur pun, Allah tetap jaga Neng."

"Allah bisa denger Neng ngomong bisik-bisik juga?"

"Iya, Allah Maha Mendengar, jadi meski Neng bisik-bisik, Allah tetap dengar."

"Terus... Allah tinggalnya di mana?"

"Allah ada di atas langit yang sangat tinggi, tapi Allah juga dekat banget dengan orang yang ingat dan sayang sama Allah."


Dan begitulah, percakapan sore yang ringan berubah menjadi momen berharga. Anak kecilku bertanya dengan polos, dan aku menjawabnya dengan cinta dan harapan: semoga rasa ingin tahunya terus tumbuh, membawa hatinya dekat pada Rabb-nya.

Makanya kita harus selalu berbuat baik, karena Allah selalu melihat kita, dan Allah sayang sama anak sholihah seperti Afnan."

Dan hari itu, Afnan tidak hanya belajar tentang Allah, tapi juga tentang cinta, kasih sayang, dan keindahan iman yang tumbuh dari pertanyaan kecil, di sela colek bibir dan pipis sore.


Pertanyaan anak umur 3 tahun yang membuat umma banyak belajar lagi, Thank you Allah ❤

Senin, 19 Mei 2025

Pindahan ke Kontrakan Ketiga, Rezeki yang Tak Disangka



Afnan dan khansa fokus meronce


Afnan mewarnai Jagung 


Suasana bimbel Ahe


               Suasana di Rumah Baru Balekambang 



Awal November 2024, lagi-lagi aku harus membereskan kardus-kardus dan menyusun hidup dari awal. Ini sudah ketiga kalinya aku dan keluargaku pindah rumah sejak menikah. Rasanya lelah secara fisik, tapi juga emosional. Namun kami yakin, di balik setiap pindahan, pasti ada maksud baik dari Allah.


Sebelumnya, kami tinggal di daerah Cigebrong, Jonggol, Kabupaten Bogor. Tempatnya masih baru, nyaman, dan lokasi strategis dekat dengan grosir dan supermarket. Sebelumnya lagi, tahun pertama pernikahan kami lalui di Warung Jengkol. Semua tempat itu punya cerita, kenangan, dan perjuangan masing-masing. Dan kini, kami pindah ke kontrakan baru yang lebih dekat dengan tempat kerja suamiku di Andalus Putri.


Tak lama setelah pindahan, suamiku memberi kabar tentang lowongan kerja di sebuah bimbel bernama Ahe, tepat di depan Andalus Putri. Tanpa berpikir panjang, ia langsung menawarkannya padaku. Setelah kami berdiskusi dan sama-sama ridha, aku menerima tawaran tersebut. Alhamdulillah, aku diberi amanah menjadi pengajar di Bimbel Ahe Balekambang.


Allah benar-benar Maha Baik. Setelah pindah, kami tidak hanya mendapatkan tempat tinggal yang lebih dekat dengan aktivitas, tapi juga lingkungan yang penuh kebaikan. Rumah yang kami tempati sebelumnya dihuni oleh Ummu Asyrof dan keluarganya. Karena beliau dipindahkan ke rumah dinas Andalus Putri, rumah ini akhirnya bisa kami tinggali. Aku dan suamiku sangat bersyukur atas kebaikan serta kemurahan hati beliau dan keluarganya. Semoga Allah membalas dengan kebahagiaan dan keberkahan untuk keluarga Ummu Asyrof, dunia dan akhirat.


Kini, sudah hampir tujuh bulan aku menjalani rutinitas baru sebagai pengajar di Bimbel Ahe. Tapi kali ini berbeda dari sebelumnya. Aku mengajar sambil membawa si kecil, Afnan Farha, kami memanggilnya “Neng”. Namanya indah, hadiah dari suamiku dan temannya. Mengajar sambil mengasuh tentu tidak mudah. Kadang lelah, kadang kasihan melihat si kecil ikut sibuk. Tapi alhamdulillah, jam kerjaku cukup bersahabat, mulai pukul 10 pagi sampai 3 sore.


Yang membuatku betah adalah suasana bimbel yang hangat dan pemiliknya, Bu Icha, yang luar biasa ramah, perhatian, dan menyenangkan. Beliau membuatku merasa dihargai dan diterima. Aku tak pernah lupa untuk mendoakan beliau agar selalu diberi kesehatan, keturunan yang sholih, kebahagiaan dunia akhirat, serta dimudahkan dalam segala urusannya.


Setiap hari aku juga berdoa agar anak-anak yang aku ajar mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan berkah. Semoga mereka tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, santun, dan mencintai ilmu. Dan semoga apa yang aku lakukan hari ini menjadi amal jariyah yang terus mengalir pahalanya, meski aku telah tiada kelak.


Aamiin yaa Rabbal ‘alamin.


Sabtu, 17 Mei 2025

Mobil Uwa, Umroh, dan Masuk Angin

 


“Mobil Uwa, Umroh, dan Masuk Angin”


Sore itu, 13 Mei 2025, langit Jonggol mendung tipis. Adem, cocok banget buat jalan-jalan sore. Suamiku tiba-tiba nyeletuk, “Pinjam mobil Uwa, yuk? Katanya lagi nganggur, sayang kalau cuma parkir doang.”


Aku langsung angguk, semangat. Bayangin bisa jalan-jalan ke Citra nggak naik motor, nggak ribet sama jas hujan atau helm berantakan. Afnan juga kayaknya bakal senang, bisa lihat-lihat jalan sambil duduk manis di kursi belakang.


Mobil Uwa akhirnya nongkrong di depan kantor. AC-nya dingin dan aroma mobilnya khas, campuran parfum gantung lawas dan kenangan keluarga besar. Kami pun meluncur santai, melewati jalanan sore yang ramai tapi nggak terlalu padat.


Belum lama jalan, obrolan random muncul seperti biasa.

“Buy,” kata aku sambil lihat suami setir mobil, “mending beli mobil dulu atau umroh ya?”


“Hmm… mobil itu kenyamanan dunia. Umroh itu bekal akhirat. Tapi kita hidup di dunia juga, dan dunia ini panas.”


Kami tertawa. “Ya jadi gimana?”


“Ya... pengennya dua-duanya dong. Tapi kalau boleh milih satu dulu, ya... kita lihat kondisi keuangan kita.”


Kami tertawa, tapi dalam hati mikir beneran. Nabung dua-duanya susah, tapi niat dua-duanya insyaAllah nggak susah.


Sayangnya, Afnan di kursi belakang mendadak meringkuk. “Peyut Neng sakit, umma,” katanya lemes.


Qadarullah, si kecil masuk angin. Padahal rencana piknik mini udah disusun rapi di kepala. Jalan-jalan ke Citra pun berubah jadi misi cepat: beli air kelapa, lalu mampir makan di kebuli Abuya. 


Setelah sampai di kebuli Abuya, Afnan malah nggak mau makan. Tubuhnya lemes, wajahnya pucat. “Peyut Neng sakit, umma” katanya, sambil tiduran di kursi. 


Nggak bisa makan, jadi akhirnya kami bungkus saja nasi kebuli itu. “Ya udah, kita balik dulu, Afnan harus sehat,” kata suamiku sambil matiin mesin mobil Uwa. Kami bergegas pulang, meskipun niat jalan-jalan terpaksa batal.

Sambil nyetir di jalan pulang, obrolan yang tadi lanjut lagi.

“Ya udah, sementara ini pinjam mobil Uwa dulu,” katanya sambil fokus ke jalan. “Umroh masih di list. Yang penting Afnan sehat dulu.” 


Aku tersenyum, merasakan kedamaian meski segala sesuatunya nggak berjalan sesuai rencana. “Iya, yang penting keluarga sehat. Rezeki kan bakal nyusul.” 


Setibanya di rumah, aku langsung siapkan Zoom untuk kelas Speaking Partners  sementara suamiku dengan sabar kompresin perut Afnan pakai minyak but-but dan bawang merah, obat ampuh jaman dulu yang selalu jadi penyelamat keluarga. 


Kadang, hidup tuh sesederhana itu: niat besar, kenyataan kecil, tapi hati tetap hangat.

Afnan tidur pulas setelah diperawatan, dan aku kembali menatap layar, meski pikiran masih berputar soal mobil dan umroh. 


Mungkin, dari mobil pinjaman ini, langkah kita justru menuju mimpi yang lebih besar. Siapa tahu, nanti Allah kasih rezeki entah mobil sendiri, atau perjalanan ke Tanah Suci. 


Atau mungkin keduanya, dalam waktu yang pas, dengan ridho-Nya.



Setrika Terakhir

                             “Setrika Terakhir”





Akhir pekan datang seperti biasa, bukan berarti leha-leha total. Tapi hari itu, Afnan si kecil yang sedang masa-masa keemasannya dalam dunia masak-masakan plastik lagi anteng banget. Sebuah keajaiban. Maka kuputuskan untuk rebahan sejenak. Cuma sebentar, sebelum tumpukan baju di pojok ruangan itu mulai menatapku dengan tatapan penuh harap.


Baru juga duduk sambil nyolek kerjaan setrika, tiba-tiba suara khasnya terdengar: “Tiiit... klik.”

Lho, mati? Kucoba nyalakan lagi. Diam.

Kutoleh ke arahnya, dan entah kenapa rasanya seperti sedang menatap sahabat lama yang sedang pamit.

Ya, wajar saja... dia udah nemenin dari 2019. Hasil berburu di flash sale tengah malam, cuma 70 ribu. Dulu aku bangga banget bisa dapat harga segitu. Ustadzah yang lain aja kalah cepet waktu itu.


Setrika ini bukan sekadar alat dia adalah pahlawan rumah tangga. Sudah menyetrika baju sebelum pengajian, seragam Abuy, bahkan gamis buat kondangan dadakan dan untuk acara bulanan Ustadzah alias mukafaah (gaji). Dia setia, meski kabelnya sempat ditali pakai selotip, meski pegangan plastiknya udah retak-retak.


Tapi ya sudahlah, setiap yang datang pasti akan pergi.

Setrika ini kini masuk masa pensiun, mungkin dengan bahagia. Aku sendiri yang akan ganti dia. Demi nyetrika yang lebih aman, lebih cepat, dan harapannya lebih hemat listrik.


Hidup emak-emak itu emang nggak jauh dari uap panas. Tapi di balik semua itu, ada tawa, kenangan, dan cerita yang bikin setiap rutinitas jadi istimewa.


Hari itu, aku mengantar setrika tua ke pojok gudang.

"Terima kasih ya," bisikku.

Lalu kulirik Afnan yang masih sibuk di dapur kecilnya.

Ah, sepertinya aku masih punya waktu lima menit lagi untuk rebahan.



Sabtu, 03 Mei 2025

Bersyukurlah tanpa henti







Selamat datang, Afnan Farha! Si kecil yang bakal jadi partner in crime buat petualangan seru di masa depan. Let's rock this world together!


Allah tambahkan rasa syukur ini dengan adanya kehadiran mu, menjadi orang tua yang terus belajar dan belajar lagi.


 ΩŠَٰٓΨ£َيُّΩ‡َΨ§ Ω±Ω„َّΨ°ِΩŠΩ†َ Ψ‘َΨ§Ω…َΩ†ُوا۟ ΩƒُΩ„ُوا۟ Ω…ِΩ† Ψ·َيِّΨ¨َٰΨͺِ Ω…َΨ§ Ψ±َΨ²َΩ‚ْΩ†َٰΩƒُΩ…ْ وَΩ±Ψ΄ْΩƒُΨ±ُوا۟ Ω„ِΩ„َّΩ‡ِ Ψ₯ِΩ† ΩƒُΩ†ΨͺُΩ…ْ Ψ₯ِيَّΨ§Ω‡ُ ΨͺَΨΉْΨ¨ُΨ―ُΩˆΩ†َ

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. Al baqarah ayat 172 


#selfreminderbersyukurlahdarihalygpalingkecil


“Kehidupan itu cuma dua hari. Satu hari berpihak kepadamu dan satu hari melawanmu. Maka pada saat ia berpihak kepadamu, jangan bangga dan gegabah; dan pada saat ia melawanmu bersabarlah. Karena keduanya adalah ujian bagimu.” –Ali bin Abi Thalib.